Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) optimistis transaksi perdagangan dan investasi menggunakan mata uang lokal (local currency settlement/LCS) akan mengalami peningkatan pada tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memproyeksikan transaksi LCC akan tumbuh sebesar 10% pada 2022. Setelah tumbuh signifikan di tahun 2021, serta adanya rencana untuk merambah kerja sama dengan negara lain.
"Pada tahun 2021, total transaksi LCS mencapai US$ 2,53 miliar, dan tahun ini kami bertujuan untuk meningkatkan transaksi ini sebesar 10%," kata Perry, dalam acara seminar bertajuk Finance Track Main & Side Event February Series, pekan lalu.
Optimisme BI sejalan dengan perolehan transaksi LCS tahun lalu. BI mencatat, total transaksi LCS sebesar US$ 2,53 miliar pada 2021, atau meningkat dari realisasi tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 797 juta.
Baca Juga: Indonesia Pamerkan Kinerja Ekonomi di G20
Jumlah tersebut didominasi oleh transaksi perdagangan yang mencapai 35%. Menyusul transaksi remitansi 14% dan investasi 1%, serta interbank for cover position sebesar 50%.
Saat ini, BI telah menggandeng empat bank sentral untuk penerapan transaksi LCS. Mereka adalah bank sentral China, Thailand, Jepang, dan Malaysia. Ke depan, BI akan memperluas kerja sama kemitraan dengan negara - negara lain.
Perry menekankan pentingnya diversifikasi penggunaan mata uang untuk memfasilitasi investasi dan perdagangan global bagi negara berkembang guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kerentanan, termasuk potensi dampak sistemik dari guncangan global.
"LCS sebagai salah satu implementasi diversifikasi mata uang dapat mengendalikan volatilitas nilai tukar dan mendukung ekonomi," tambahnya.
Baca Juga: Penguatan Nilai Tukar Rupiah Hanya Sementara
Gubernur Bank Sentral China (PBC), Yi Gang, turut mendukung skema diversifikasi mata uang. Ia meyakinkan bahwa skema kerja sama penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal dapat meningkatkan perdagangan dan investasi.
Dukungan tersebut dinyatakan melalui implementasi LCS antara Tiongkok dengan Indonesia yang dipercaya memperkuat ekonomi kedua negara sekaligus mendukung percepatan pemulihan ekonomi di kawasan Asia.
Di sisi lain, ada peranan Bank Appointed Cross Currency Dealers (ACCD) dalam memfasilitasi transaksi LCS bagi pengusaha ekspor-impor serta investor (Foreign Direct Investment).
Dukungan bank tersebut dapat mengoptimalkan penggunaan LCS serta memberikan pengusaha dan investor pilihan mata uang dalam penyelesaian transaksi bisnis untuk memitigasi risiko pada periode exit policy.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, terus mendorong pelaksanaan skema pembayaran melalui mata uang lokal. Tercatat transaksi LCS di BCA meningkat di atas 40% pada 2021, baik secara nilai transaksi maupun jumlah transaksi.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyatakan bahwa perusahaan secara penuh mendukung penyelenggaraan G20 Indonesia 2022 dan berkomitmen untuk memberikan kontribusi melalui berbagai aspek.
"Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan awareness negara – negara G20 lain atas manfaat dari skema LCS untuk penguatan ekonomi regional yang akan mendukung ekonomi global," terangnya.
Baca Juga: BCA Catat Transaksi LCS Tumbuh 40% di Sepanjang 2021
BCA terus mendorong inisiatif bank sentral di beberapa negara dalam mendukung transaksi LCS yang efisien dan kompetitif. Beberapa negara yang potensial untuk dijajaki kerjasama LCS adalah Taiwan, Korea dan India.
PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga berhasil mencatatkan peningkatan transaksi dengan mata uang lokal. Tercatat volume konversi valas melalui skema LCS mencapai US$ 122,63 juta dengan frekuensi mencapai 895 transaksi hingga 11 Februari 2022.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi berharap kehadiran LCS bisa mendorong bisnis volume transaksi perdagangan bagi pengusaha di berbagai negara.
Baca Juga: Ketika Sri Mulyani Membanggakan Ekonomi RI yang Sudah Kembali ke Level Pra Pandemi
“Pada 2022, pertumbuhannya akan terus terjadi pada transaksi-transaksi yang menggunakan LCS. Ini tak terlepas dari upaya Bank Mandiri memilih sektor-sektor yang memiliki prospek untuk menggunakan LCS,” ujar Darmawan.
Tahun lalu Bank Mandiri juga berhasil mencatatkan volume transaksi konversi valas LCS hingga 173%. Adapun peningkatan tersebut sejalan dengan kenaikan total frekuensi transaksi hingga 223%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News