Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit konsumsi di perbankan masih tumbuh terbatas. Namun, PT Bank Mandiri Taspen (Mantap) mencatat penyaluran kredit konsumsi masih tumbuh di atas rata-rata industri.
Direktur Bisnis Bank Mandiri Taspen, Maswar Purnama, menjelaskan bahwa penyaluran kredit konsumsi di Bank Mantap tumbuh di atas rata-rata industri, yakni 15% secara tahunan (YoY) per Agustus 2025.
Pertumbuhan ini didorong dari sektor rumah tangga. Maswar pun menjelaskan, bahwa bank yang fokus melayani segmen pensiunan ini tetap optimistis, pertumbuhan kredit konsumsi bisa di kisaran 15% hingga akhir tahun.
Baca Juga: Bank Mandiri Taspen Catatkan Realisasi Kredit Pensiun Rp 47,7 Triliun pada Mei 2025
"Momentum pertumbuhan yang positif ini kami yakini akan terus membaik sampai dengan akhir tahun seiring dengan kondisi likuiditas yang semakin longgar serta trend suku bunga yg turun, sehingga Bank Mantap masih optimis dengan pertumbuhan sekitar 15% secara YoY," kata Maswar kepada Kontan, Kamis (2/10/2025).
Asal tahu saja, Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa hingga bulan Agustus 2025 pertumbuhan kredit konsumsi perbankan secara industri belum menyentuh dua digit.
Merujuk data analisis uang beredar BI, kredit konsumsi (KK) pada Agustus 2025 tumbuh 7,7% secara tahunan atau YoY, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 8,0%. Ada pun nilainya, secara total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2.295,4 triliun.
Baca Juga: Terbitkan Obligasi Rp 3 Triliun, Bank Mandiri Taspen Tegaskan Likuiditas Cukup
Kondisi penyaluran ini masih cenderung lambat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya, pertumbuhan kredit konsumsi pada Agustus 2024 menyentuh 10,7% YoY.
Mengenai ini, Maswar mengatakan bahwa pertumbuhan kredit konsumsi perbankan masih menunjukkan tren perlambatan ini dipengaruhi sejumlah faktor fundamental.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga mengalami tekanan akibat kenaikan biaya hidup dan daya beli yang belum sepenuhnya pulih, sehingga masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil pembiayaan baru.
"Selain itu, rasio utang rumah tangga yang relatif tinggi turut membatasi ruang pertumbuhan kredit di segmen ini," kata Maswar.
Jika dilihat dari sisi penawaran, perbankan masih menempuh strategi konservatif dengan memperketat standar pemberian kredit, sejalan dengan peningkatan risiko kredit bermasalah (NPL) di sektor konsumtif serta tingginya tingkat suku bunga acuan.
Baca Juga: Kredit Konsumsi Bank Mandiri Taspen Capai Rp 11,4 Triliun per Juli 2025
Di sisi lain, disrupsi teknologi finansial melalui platform pinjaman digital dan skema Buy Now Pay Later (BNPL) juga mengalihkan sebagian permintaan pembiayaan konsumtif dari perbankan konvensional.
"Kombinasi faktor-faktor tersebut menurut kami menyebabkan pertumbuhan kredit konsumtif berjalan moderat," lanjutnya.
Namun, dia mencermati bahwa dengan adanya adanya tren penurunan suku bunga acuan oleh BI serta pelonggaran likuiditas di market atas penempatan dana Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan diharapkan dapat mendorong peningkatan kredit konsumsi di kuartal IV-2025.
Selanjutnya: Penerimaan Seret, Ini Jurus Kemenkeu Amankan Anggaran Belanja Pemerintah Awal 2026
Menarik Dibaca: Berapa Modal Buka Salon Kecantikan? Estimasi Rp 67,6 Juta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News