Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan menilai tahun ini suku bunga kredit masih memiliki ruang untuk turun. Bila dilihat berdasarkan jenis kreditnya, suku bunga kredit konsumsi memiliki peluang paling besar untuk menurun.
Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengatakan ada beragam faktor yang mendorong bank untuk menurunkan suku bunga antara lain faktor pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan beberapa kondisi makro lainnya.
Kendati demikian, faktor utama yang paling cepat menggerakan suku bunga kredit antara lain adanya persaingan usaha. Hal ini juga dilakukan bagi bank-bank yang skalanya masih belum besar agar mampu bersaing dengan bank-bank raksasa seperti di BUKU IV.
"Kami lakukan (penurunan bunga) supaya bisa bersaing di pasar, di samping karena kami baru naik ke kelas BUKU III," katanya kepada Kontan.co.id, Selasa (20/2)
Bank milik taipan Dato Tahir ini bahkan mencatat sejak Januari sampai Desember 2017 pihaknya telah menekan suku bunga kredit hingga sebanyak 250 basis point (bps).
Bila dilihat secara industri, tingkat penurunan suku bunga tersebut berada jauh di atas rata-rata industri yang selama tahun 2017 menurun di kisaran 74 bps.
Atas hal itu, bank bersandi saham MAYA ini yakin suku bunga masih akan dapat ditekan terutama dari segi konsumer. Alasannya, dari seluruh jenis kredit saat ini suku bunga kredit konsumer masih tercatat paling tinggi.
Catatan Bank Indonesia, suku bunga kredit konsumsi ada di angka 12,54%. Suku bunga itu lebih tinggi dibanding kredit investasi dan kredit modal kerja yang masing masing ada di posisi 10,51% dan 10,75%.
Sementara untuk kredit konsumer di Bank Mayapada kini ada di kisaran 11% sampai 11,5%.
"Masih ada ruang ruang penurunan karena persaingan usaha, untuk tahun 2017 sudah banyak penurunan suku bunga yang kami lakukan, bahkan NIM (net interest amrgin) kami sudah di bawah 5%," kata Hariyono menambahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News