kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bank mempertajam segmen kredit UMKM


Jumat, 18 Januari 2013 / 11:50 WIB
Bank mempertajam segmen kredit UMKM
ILUSTRASI. Director and Chief Operating Officer Indosat Ooredoo, Vikram Sinha (kanan) dan perwakilan pemegang saham H3I, Patrick Walujo dalam konferensi pers di Jakarta.


Reporter: Nina Dwiantika, Nurul Kolbi |

JAKARTA. Aturan kuota kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebesar 20% bakal berdampak signifikan bagi pengusaha kecil. Aliran dana perbankan ke segmen ini akan meningkat, sehingga menciptakan persaingan lebih ketat. Efeknya, bukan cuma bunga kredit bakal lebih murah, jumlah debitur juga bertambah.

Optimisme ini bertolak dari strategi bank dalam meningkatkan kredit UMKM. Beberapa bankir yang KONTAN hubungi menyatakan, akan membidik sektor-sektor UMKM yang selama ini tak digarap bank lain. Mereka juga memaksimalkan UMKM yang sejalan dengan bisnis inti.

Bank Tabungan Negara (BTN) misalnya, akan menyalurkan kredit ke pengusaha kecil yang menyuplai bahan baku industri properti. Seperti  produsen genteng, batubata, pasir hingga semen. Bank mudah mengakses dan memverifikasi kelayakan calon debitur dengan mengandalkan rekomendasi pengembang. Catatan saja, dari kredit BTN senilai Rp 90 triliun per Desember 2012, lebih dari 80% merupakan kredit perumahan.

Menurut Maryono, Direktur Utama BTN, bank masih enggan mendanai pengusaha bahan baku bangunan. Padahal mereka butuh modal kerja untuk proyek sepanjang tahun. "Arahnya akan ke UMKM yang terkait dengan properti," katanya, Rabu (17/1).

Bank Mandiri juga mengincar UMKM yang jarang dilirik bank lain. Salah satunya, industri kreatif seperti pembuatan film, musik, teknologi dan kerajinan. "Sektor ini jarang digarap, padahal kontribusinya ke produk domestik bruto (PDB) mencapai 7%," kata Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury.

Bank Mandiri juga mengincar pelaku usaha mikro yang belum bankable. Nah, untuk meningkatkan kelayakan calon debitur, bank menggelar edukasi, terutama untuk ke pengusaha muda potensial. Sedangkan debitur yang usahanya masih imut-imut diberikan dana bergulir atau KUR.

Bank Bukopin mengaku ingin mengincar industri kerajinan berbasis rumahan. "Bank harus menguasai satu sektor sehingga menjadi ahli pada sektor kredit tersebut," kata Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi.

Sedangkan CIMB Niaga akan membidik debitur individu dan perusahaan di skala kecil dan menengah. Sektor usahanya antara lain perdagangan seperti consumer goods, spareparts, dan manufaktur. Sih Danto Sundjojo, Head of Small Medium Enterprise CIMB Niaga, mengatakan plafon kredit mulai dari Rp 1 miliar - Rp 25 miliar.

Strategi paling spesifik disiapkan Bank DKI. Bank pembangunan daerah (BPD) ini berencana membiayai pedagang di pasar-pasar milik PD Pasar Jaya. Manajemen menyasar pedagang dengan memfasilitasi iuran ke pengelola pasar. "Sebagian besar retribusi dipungut secara manual. Pak Gubernur (Joko Widodo) mengarahkan agar pembayaran itu via bank, ini sinergi yang bermanfaat bagi kami," kata Martono, Direktur Operasional Bank DKI.

Jika semua pedagang membayar aneka iuran melalui Bank DKI, bank mendapat durian runtuh. Jumlah nasabah bertambah dan nilai simpanan ikut meningkat. "Setelah pedagang punya akun dan rutin transaksi, kami bisa menyalurkan kredit,” katanya.

Risiko kredit juga rendah, pedagang pasti akan mempertahankan kios mereka sebagai sumber mata pencaharian. Risiko rendah, bunga kredit bisa dibuat lebih murah. "Tingkat kepatuhan debitur bakal tinggi. Mereka tak mungkin ngemplang, karena pasti ingin terus berdagang," katanya. 

Saat ini ada 153 pasar di DKI dengan jumlah pedagang 80.000 orang. Total kios yang mereka miliki sekitar 100.000 kios. Andaikan satu pedagang menabung rata-rata Rp 1 juta perbulan, potensi dana pihak ketiga (DPK) bisa mencapai Rp 80 miliar perbulan. "Kami tidak usah muluk-muluk, bisa meraih 20% saja sudah bagus. Potensi kreditnya bakal lebih besar lagi," kata Martono. 

Saat ini, baru 5% pedagang PD Pasar Jaya yang membuka rekening di Bank DKI. Manajemen optmistis sinergi antar BUMD bakal berjalan mulus, lantaran PD Pasar Jaya juga tercatat sebagai pemilik saham Bank DKI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×