kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank sambut baik pelonggaran uang muka KPR dan KKB berwawasan lingkungan


Kamis, 19 September 2019 / 23:36 WIB
Bank sambut baik pelonggaran uang muka KPR dan KKB berwawasan lingkungan
ILUSTRASI. Kredit pemilikan properti


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melonggarkan loan to value (LTV) dan finance to value (FTV) untuk pembiayaan properti sebesar 5%. Serta pelonggaran sebesar 5%-10% untuk uang muka pembiayaan kredit bermotor.

Tambahan pelonggaran juga akan diberikan sebesar 5% jika pembiayaan diberikan dengan memperhatikan aspek lingkungan. Langkah ini dilakukan bank sentral guna mendongkrak pertumbuhan kredit konsumsi. Pelonggaran ini akan mulai berlaku 2 Desember 2019 mendatang.

Maklum, awal semester 2-2019 pertumbuhan kredit konsumsi memang terhitung anjlok. Pada Juli 2019, kredit properti tumbuh melambat sebesar 12,3% (yoy) dibandingkan Juni 2019 sebesar 12,8% (yoy). Pertumbuhan KKB malah merosot lebih dalam, dari 5,3% (yoy) pada Juni 2019 menjadi 3,5% (yoy) pada Juli 2019.

Baca Juga: BI mendesak perbankan segera turunkan suku bunga deposito dan kredit

Makanya sejumlah bankir menyambut baik langkah bank sentral ini. Consumer Loan Group Head PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Ignatius Susatyo Wijoyo bilang hal ini memang dibutuhkan di tengah merosotnya pertumbuhan bisnis konsumer perbankan.

“Ini langkah yang baik, karena di Bank Mandiri semester 1-2019 KPR tumbuh melandai, walaupun mulai Juli, Agustus kembali bergairah. Namun kalau dilihat pertumbuhan tahunan (yoy) masih kecil sekitar 4%-5%. Sedangkan KKB cukup baik karena sudah melalui anak usaha kami,” katanya kepada KONTAN, Kamis (19/9).

Ignatius mengaku dirinya juga ikut dilibatkan dalam keputusan bank sentral tersebut. Ia bilang fokus dari pelonggaran tersebut sejatinya terkait memasukkan aspek lingkungan.

Meski demikian Ignatius mengaku dampak terkait tambahan pelonggaran LTV/FTV serta keringana uang muka pembiayaan berwawasan lingkungan tersebut tak akan serta merta dirasakan perbankan.

Baca Juga: BI 7DRRR turun tiga kali, pengusaha desak perbankan segera turunkan bunga kredit

“Belum ada standarnya, misalnya untuk KPR, bagaimana kredit yang berwawasan lingkungan. Sehingga pasti akan membutuhkan regulasi turunan. Sedangkan untuk KKB memang sudah ada Perpres soal kendaraan listrik, namun industrinya sendiri belum siap betul karena kendaraan listrik itu kan butuh station charging. Jadi mungkin ini baru akan berdampak pada pertumbuhan kredit pada 2021 atau 2022,” jelasnya.

Per semester 1-2019 bank berlogo pita emas ini sendiri telah membentuk portofolio KPR senilai Rp 42,7 triliun dengan pertumbuhan 4,7% (yoy), dan portofolio KKB senilai Rp 33,4 triliun dengan pertumbuhan 6,6% (yoy).

Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Budi Satria juga menyatakan hal senada. Menurutnya perlu diperjelas soal kriteria KPR berwawasan lingkungan.

Meski demikian ia turut mendukung kebijakan BI tersebut. Sebab saat ini industri memang butuh insentif tambahan.

“Kebijakan makroprudensial BI ini tentu akan menggairahkan bisnis properti di Indonesia yang saat ini butuh insentif tambahan. Namun, terkait kredit berwawasan lingkungan mesti ada kejelasan soal lembaga mana saja yang bsai menyatakan sebuah proyek perumahan memenuhi standar tersebut,” katanya kepada KONTAN.

Baca Juga: BI longgarkan LTV kredit properti dan kendaraan bermotor untuk memacu kredit

Sebagai tambahan, dalam keterangan resminya Bank Indonesia menyatakan kriteria properti berwawasan lingkungan dinyatakan oleh sertifikasi yang dikeluarkan oleh lembaga yang diakui secara nasional atau internasional di bidang lingkungan.

Ini yang menurut Budi mesti diperjelas. Meskipun saat ini, perseroan kata Budi telah berupaya mendorong pengembang rekanan perseroan untuk memperhatikan aspek lingkungan. Budi bilang ini jadi salah satu nilai tambah yang bisa didapatkan calon debitur.

Sedangkan sepanjang semester 1-2019 bank yang memang punya bisnis inti di segmen kredit perumahan ini telah menyalurkan KPR senilai Rp 226,29 triliun, tumbuh 18,41% (yoy) dibandingkan periode serupa tahun lalu.

Sementara itu, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) justru telah bersiap menyambut KKB berbasis lingkungan dengan menyediakan dana Rp 150 miliar untuk membiayai kendaraan listrik.

“Saat ini belum ada program yang spesifik mensyaratkan ketentuan linngkungan. Namun kami merupakan bank pertama yang mendukung pembiayaan mobil listrik dengan bunga yang lebih rendah,” kata Direktur Bisnis Konsumer BRI Handayani kepada KONTAN.

Baca Juga: Multifinance ikut nikmati berkah pelonggaran LTV kendaraan bermotor dari BI

Sepanjang semester 1-2019 sendiri, perseroan menyalurkan KKB senilai Rp 4,1 triliun, tumbuh 35% (yoy) dibandingkan semester I 2018 sebesar Rp 3 triliun. Meski meraih pertumbuhan tinggi, portofolio KKB perseroan masih mini, cuma sebesar 3% dari total kredit konsumer BRI senilai Rp 135,1 triliun pada Juni 2019.

Sementara Customer Solutions Retail Loan Division Head PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) Veronika Susanti cukup optimistis langkah BI tersebut akan bisa langsung mengerek naik kredit konsumsi perseroan.

“Harapan kami semoga dengan relaksasi LTV yang mendukung green financing, pertumbuhan kredit properti akan semakin baik di Kuartal 4-2019,” katanya kepada KONTAN.

Maklum kredit konsumsi perseroan tercatat stagnan. Pada semester 1-2019, kredit konsumsi perseroan cuma tumbuh 1,50% (yoy). Dari Rp 12,92 triliun pada semester 1-2018 menjadi Rp 13,11 triliun pada semester 1-2019.

Baca Juga: BI Turunkan Suku Bunga Acuan dan Longgarkan LTV

Sedangkan Corporate Secretary PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) Raymond Yonarto menyatakan, meskipun ada pelonggaran, perseroan menjaga kualitas, alias tak asal menggelontorkan kredit.

“Dalam melakukan penyaluran kredit kaim akan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam menjaga kualitas. Kami juga akan terus akan melihat perkembangan pasar yang ada untuk KPR, dan KKB,” katanya kepada KONTAN.

Hingga semester 1-2019 lalu, portofolio KPR perseroan tercatat tumbuh mumpuni sebesar 11,2% (yoy) dengan nilai Rp 90,70 triliun. Namun, portofolio KKB perseroan justru tercatat negatif 1,5% (yoy) menjadi Rp 48,91 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×