kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bank Tabungan Negara (BBTN) Fokus Menjaga Biaya Dana pada 2022


Rabu, 25 Mei 2022 / 18:25 WIB
Bank Tabungan Negara (BBTN) Fokus Menjaga Biaya Dana pada 2022


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan kebijakan suku bunga BI-7Day Reverse Repo Rate (BI7DDR) sebesar 3,5%, atau tidak berubah selama 15 bulan secara beruntun.

Bank sentral memilih menjaga momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi di tengah meningkatnya tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar. BI diprediksi akan mengubah kebijakan suku bunga acuannya setelah melihat angka inflasi dalam beberapa bulan ke depan. 

Pertimbangan lainnya adalah pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dollar, seiring rencana The Fed menaikkan lagi suku bunga acuan. Kebijakan moneter bank sentral negeri Paman Sam diyakini akan menekan nilai tukar negara berkembang, termasuk rupiah.

Industri jasa keuangan sejatinya telah mengantisipasi kondisi global yang penuh ketidakpastian ini. Salah satunya mengamankan sumber pendanaan (funding) berbiaya murah sebelum era likuiditas ketat tiba. Langkah antisipatif ini akan menghindarkan bank dari praktik perang bunga dalam mengumpulkan dana pihak ketiga (DPK). 

Baca Juga: Catat! Berikut 52 Bank Peserta BI Fast dengan Biaya Transfer Antar Bank Rp 2.500

PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) misalnya baru-baru mendapatkan pendanaan dari Japan International Cooperation Agency (JICA), Citibank dan BCA sebesar Rp 1,4 triliun. 

Sejumlah analis menilai positif fasilitas pinjaman yang diraih  bank berkode saham BBTN ini. Biaya dana bisa semakin murah karena fasilitas ini masuk dalam program pendanaan JICA yang memang disalurkan untuk segmen dan target nasabah tertentu.

Ketika suku bunga ke depan diperkirakan akan meningkat, BBTN sejak awal berhasil mengamankan sumber pendanaan untuk membiayai ekspansi kredit. Artinya, saat likuiditas perbankan mengetat karena perubahan suku bunga, BBTN tidak perlu repot perang bunga deposito untuk mempertebal dana pihak ketiga.

Ini sangat positif. Karena pembiayaan ini boleh dibilang sebagai alternatif buat BTN dalam menjaga likuiditasnya. Sehingga ke depan NIM diharapkan bisa lebih optimal dan dapat meningkatkan kepercayaan investor,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta, Rabu (25/5).

Baca Juga: BTN Catat Pertumbuhan Transaksi BI Fast Hingga 30% Tiap Bulan

Fasilitas pembiayaan ini memiliki tenor selama 5 tahun, sejalan dengan karakter kredit pemilikan rumah (KPR) yang mayoritas berdurasi panjang. Hal ini dapat mengurangi ketergantungan BBTN terhadap sumber dana jangka pendek seperti tabungan dan deposito.

Analis PT Kanaka Hita Solvera (KHS) William Wibowo mengatakan, pendaan itu bahkan bisa lebih murah ketimbang obligasi. Di saat yield US Tresury naik, dan dolar terus menguat, investor tentu akan meminta imbal hasil lebih tinggi. BBTN berhasil mengamankan sumber pendanaan di saat yang tepat.

“Bila BTN mendapatkan bunga pinjaman yang cukup rendah di bawah bunga Obligasi Bank BTN kami pikir hal itu bisa menguntungkan untuk BTN,” kata William.

Strategi BBTN memupuk likuiditas sebelum musim dingin tiba menjadi katalis positif terhadap pergerakan saham ini. Bagaimanapun, bagi bisnis bank, ketersediaan funding dengan biaya dana yang rendah akan menentukan profitabilitas.

Dan, faktanya, sejak setahun terakhir, BBTN berhasil meningkatkan net interest margin (NIM) berkat kenaikan porsi dana murah. Pada kuartal I-2022, NIM tercatat 4,29%, tertinggi sejak 2019. Pencapaian ini jauh membaik dari NIM kuartal I-2021 yang sebesar 3,31%.

Berbagai improvement ini tentu menjadi kabar baik dalam konteks rencana BBTN melakukan rights issue. Investor akan melihat kesungguhan BBTN menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumahnya sebelum menerbitkan saham baru.

Seperti diketahui, JICA, Citibank dan BCA memberikan pinjaman senilai total US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,4 triliun (Kurs Rp 14.000). Fasilitas pinjaman tersebut akan digunakan Bank BTN untuk mendukung pembiayaan rumah rakyat dengan menyukseskan pembangunan sejuta rumah.

Direktur Utama Bank BTN, Haru Koesmahargyo mengatakan, pinjaman dari JICA merupakan bentuk kepercayaan dunia internasional terhadap peran Bank BTN dalam pembiayaan perumahan di Indonesia. 

“Fasilitas pinjaman dari JICA ini merupakan bentuk komitmen dan keseriusan Bank BTN dalam mempercepat pencapaian Program Sejuta Rumah yang dicanangkan pemerintah,” kata Haru.

Menurut dia, fasilitas pinjaman dari JICA ini berjangka waktu 5 tahun. Dalam kerjasama ini, JICA mempersyaratkan adanya Bank Komersial yang turut memberikan fasilitas pinjaman kepada Bank BTN, sehingga digandenglah Bank BCA dan Citi Indonesia.

Adapun dari total kredit yang disalurkan sebesar US$ 100 juta, kontribusi JICA mencapai JPY 7 miliar atau setara US$ 60 juta.  Sedangkan Citi dan Bank BCA memberikan fasilitas pembiayaan kepada Bank BTN sebesar Rp 560 miliar.

Fasilitas pinjaman dari JICA, Citi maupun BCA akan digunakan bank BTN untuk memberikan pembiayaan KPR kepada segmen menengah bawah, khususnya untuk yang berpenghasilan di bawah Rp 12 Juta yang saat ini cukup mendominasi realisasi KPR BTN Non Subsidi, dimana pada tahun 2021 sebesar 72,55% merupakan penyaluran KPR pada segmen ini.

Untuk memenuhi komitmen perjanjian tersebut, Haru membidik generasi milenial dan generasi Z yang mendominasi demografi masyarakat Indonesia.

“Kami intensif menggandeng para pengembang yang membangun hunian yang sesuai dengan selera milenial, selain itu kami juga meracik beragam program KPR yang memudahkan akses para generasi Milenial maupun generasi Z seperti aplikasi BTN properti dan program KPR BTN Gaes For Milenial,” kata Haru.

Baca Juga: Bank BJB (BJBR) Tawarkan Obligasi Subordinasi Rp 1 T, Imbal Hasilnya Kurang Atraktif

Dengan tambahan fasilitas pinjaman dari JICA, Bank BTN dapat menambah penyaluran KPR non subsidi untuk 460 unit rumah per tahun dari tahun 2022 sampai 2027 sesuai akhir tenor pinjaman JICA ke Bank BTN.

Tahun 2022 ini, Haru menjelaskan target penyaluran KPR non subsidi sebesar 43.931 unit atau tumbuh 59,08% sudah menghitung pinjaman bilateral di atas kata Haru.

JICA sangat yakin bahwa transaksi pinjaman tersebut berkontribusi dalam memecahkan isu-isu kritikal terkait dengan terbatasnya akses pembiayaan perumahan di Indonesia, terutama untuk segmen menengah ke bawah. Dengan kesempatan ini sebagai permulaan, JICA ingin terus meningkatkan hubungan baik dengan BTN.

Batara Sianturi, CEO Citi Indonesia mengatakan, pihaknya menyambut positif kerjasama pembiayaan ini, dengan tujuan mendukung kredit perumahan ke segmen berpenghasilan menengah ke bawah di Indonesia. Hal ini sekaligus mengukuhkan komitmen Citi terhadap pembiayaan inklusif dan pengembangan ekonomi berkelanjutan. 

“Melalui Kerjasama ini, kami terus mendorong dampak sosial yang positif sekaligus mendukung prioritas pembangunan oleh pemerintah Indonesia,” ungkap Batara.

Baca Juga: Taspen Gandeng APHTN-HAN untuk Tingkatkan Kapabilitas SDM

periode Januari-Maret 2022, Bank BTN berhasil menyalurkan kredit mencapai Rp277,13 triliun meningkat 6,04% secara year on year (YoY). Adapun kredit perumahan yang disalurkan Bank BTN hingga akhir Maret 2022 mencapai Rp 248,57 triliun.

Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada kuartal I/2022 masih mendominasi dengan nilai sebesar Rp134,04 triliun tumbuh 9,01% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp122,96 triliun. Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 5,16% menjadi Rp84,28 triliun pada kuartal I/2022 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp80,14 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×