kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.889.000   43.000   2,33%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Bank yang menjadi kreditur Duniatex mulai siapkan upaya restrukturisasi


Rabu, 24 Juli 2019 / 20:00 WIB
Bank yang menjadi kreditur Duniatex mulai siapkan upaya restrukturisasi


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan rating surat utang bertajuk senior unsecured notes milik PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT), anggota Duniatex Group oleh S&P bikin kreditur perseroan makin waspada. Sebab surat utang yang diterbitkan pada Maret 2019 ini diterbitkan guna membayar utang DMDT ke perbankan.

Dalam prospektusnya, surat utang yang diterbitkan senilai US$ 300 juta, DMDT akan menerima dana bersih senilai US$ 291,3 juta setelah dipotong biaya-biaya. Sedangkan senilai US$ 12,9 juta pun telah diamankan DMDT guna membayar kupon pertamanya pada September mendatang.

Baca Juga: Bank Panin (PNBN) membantah salurkan kredit ke Duniatex Group

“Hingga US$ 139,8 juta dari pendanaan bersih yang kami dapatkan akan digunakan untuk membayar pinjaman dari Indonesian Eximbank, Nobu Bank, Rabobank, Panin Syariah, BRI Syariah, Bank Jateng, Bank Mandiri, Bank Muamalat, dan BPD Banten. Sedangkan hingga US$ 150 juta akan kami bayarkan untuk pembayaran pinjaman sindikasi,” tulis perseroan.

Sedangkan dari laporan keuangan hingga 2018 masih memiliki total utang senilai Rp 5,39 triliun. Perinciannya utang sindikasi senilai US$ 209,6 juta atau setara Rp 2,92 triliun, utang kepada 10 bank senilai Rp 2,21 triliun, dan utang terhadap pemegang saham senilai Rp 250 miliar.

Namun, tak seluruh beban utang tersebut akan dibayar DMDT. Misalnya utang terhadap pemegang saham dan utang kepada PT Bank BNI Syariah senilai Rp 186,9 miliar dikesampingkan. Sehingga beban utang yang ditanggung surat utang tadi mencapai Rp 4,95 triliun atau setara US$ 354 juta.

Baca Juga: Dengarlah alarm dari Duniatex

Surat utang DMDT memiliki tenor lima tahun, atau akan jatuh tempo pada 2024. Sedangkan bunga yang diberikan sebesar 8,635% yang akan dibayarkan per semester yaitu pada Bulan Maret, dan September. September mendatang, bunga pertama mesti dibayarkan.

Pada 16 Juli 2019 lalu, S&P memangkas peringkat surat utang tersebut dari BB- menjadi CCC-. Pemicunya karena entitas Duniatex lainnya, yaitu PT Delta Dunia Sandang Textile (DDST) yang gagal membayar bunga dan pokok sindikasi senilai US$ 11 juta pada 10 Juli.

Bahkan S&P juga menyatakan dapat kembali menurunkan peringkat menjadi SD (selective default) jika pada September mendatang DMDT gagal mencicil bunga dan pokok sindikasinya yang diprediksi mencapai US$ 5 juta.

Baca Juga: Membaca penyebab Duniatex Group gagal bayar utang

Penurunan peringkat lebih rendah juga bisa diberikan S&P jika DMDT diikutsertakan dalam upaya restrukturisasi Duniatex Group menjadi peringkat D (default).

Nah, peringkat paling buncit alias status gagal bayar tersebut berpotensi besar diberikan pasalnya sumber Kontan.co.id bilang Duniatex Group kini telah menunjuk konsultan keuangan dari AJ Capital guna melakukan restrukturisasi. Pun beberapa kreditur DMDT mengakui hal serupa.

“Manajemen kami sudah bertemu dengan Duniatex Group untuk update informasi dan membahas rencana selanjutnya,” kata Corporate Secretary PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Hayunaji kepada Kontan.co.id, Rau (24/7).

Baca Juga: Duniatex gagal bayar, sejumlah bank yang jadi kreditur mulai merasa was-was

Kepada DMDT, bank syariah tertua ini memberikan fasilitas revolving yang hingga akhir 2018 masih ada outstanding senilai Rp 124,8 miliar dan akan habis penarikannya pada 19 April 2019. Sementara hingga Juni 2019 outstanding-nya telah kembali Rp 125 miliar.

Dari fasilitas ini sendiri, Bank Muamalat memegang jaminan berupa lahan DMDT yang tak digunakan serta jaminan pribadi dari Sumitro, pemilik Duniatex Group

“Kalau fasilitas revolving ketika dia mature akan kembali bergulir. Hingga Juni 2019, dan statusnya juga masih lancar atau kolektibilitas 1. Disamping rasio agunan yang kami miliki juga lebih dari 100%,” lanjut pria yang akrab disapa Iyun ini.

Baca Juga: Anak usaha Duniatex gagal bayar utang, industri tekstil memang sedang lesu

Adapula PT Bank BNI Syariah yang meskipun pembiayaannya tak berada dalam lingkup yang akan dibayarkan melalui surat utang DMDT juga mengaku tengah berdiskusi dengan pemilik Duniatex untuk melakukan restrukturisasi.

“Kolektibilitas DMDT saat ini lancar, dengan jaminan berupa fixed asset dengan rasio 192,65%. Saat ini kami juga sedang mempersiapkan upaya restrukturisasi,” kata Direktur Bisnis Komersial dan SME BNI Syariah Dhias Widhiyati kepada Kontan.co.id.

Dari catatan keuangan DMDT, BNI Syariah memberikan fasilitas kredit hingga Rp 300 miliar pada 27 Desember 2018. Pada waktu yang sama DMDT juga langsung menarik pinjaman tersebut senilai Rp 186,90 miliar.

Kemudian pada 15 Januari 2019 senilai Rp 113,10 miliar. Fasilitas tersebut punya jatuh tempo selama 84 bulan setelah tanggal penarikan.

Baca Juga: Bank-bank Besar Bisa Terpapar Krisis Utang Duniatex

Sementara jaminan yang dipegang BNI Syariah berupa lahan, bangunan, dan mesin milik DMDT di Sragen yang diestimasi bernilai Rp 175 miliar. Pun ditambah jaminan pribadi yang diberikan oleh Sumitro.

Di lain pihak, beberapa kreditur justru mengaku telah dilunasi tagihannya oleh DMDT. Direktur Utama PT Bank Pembangunan Banten Tbk (BEKS) Fahmi Bagus Mahesa misalnya mengatakan utang DMDT senilai Rp 70 miliar telah dilunasi sepenuhnya pada Mei 2019.

Begitu pula di PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah dua fasilitas kredit hingga akhir 2018 yang masing-masing masih bernilai Rp 59,9 miliar, dan Rp 73,8 sudah dilunasinya sejak awal 2019.

Baca Juga: Sugeng Hartono, Mantan Supir yang Sukses Mendirikan Duniatex

“Yang Rp 59,9 miliar itu sudah dilunasi Januari 2019, dan yang Rp 73,8 miliar dilunasi pada Juni 2019. Selama ini pembayaran pun lancar," kata Direktur Bisnis Korporasi dan Komersial Bank Jateng Pujiono kepada Kontan.co.id.

"Saat ini, kami sudah tidak ada exposure lagi ke Duniatex. Saya juga cukup kaget ada kasus gagal bayar dari Duniatex Group,”  lanjutnya.

Tak cuma kreditur DMDT yang tengah menyiapkan upaya restrukturisasi, bank yang jadi kreditur DDST juga siapkan langkah serupa. Apalagi penurunan rating obligasi DMDT disebabkan oleh kegagalan DDST membayar bunga dan pokok pinjaman sindikasinya senilai US$ 11 juta.

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) diketahui ikut berpartisipasi dalam sindikasi ke DDST dengan nilai Rp 301 miliar. Adapula pinjaman lain dari BNI ke DDST secara bilateral senilai Rp 158 miliar. Sehingga total exposure kredit BNI mencapai Rp 459 miliar.

“Kami tidak menutup mata dengan kondisi Duniatex, dan bisa kami siapkan untuk masuk Pra-NPL. Namun saat ini masih di kolektibilitas 1,” kata Direktur Manajemen Resiko BNI Bob Tyasika Ananta, Selasa (23/7) di Jakarta.

Ia bilang penurunan status kredit tersebut akan disesuaikan dengan upaya restrukturisasi yang tengah ditempuh Duniatex kini. Sebab BNI pun telah bertemu dengan pemilik Duniatex Group guna membahas restrukturisasi.

Baca Juga: Bank Mandiri kaget anak usaha Duniatex gagal bayar utang

Meski demikian Bob bilang, exposure kredit BNI tergolong aman sebab bank berlogo angka 46 ini memegang jaminan berupa tanah, pabrik dan bangunan dengan rasio 250%-300% dari nilai pinjaman kredit yang disalurkan.

Hal senada juga turut diungkapkan Direktur Manajemen Resiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin. Dalam dalam transkrip analyst meeting Bank Mandiri, Rabu (17/7) yang dipublikasikan Thomson Reuters, Sabtu (20/7) Siddik bilang perseroan telah memegang jaminan dengan nilai mencapai 160% dari exposure kreditnya.

“Sepertinya kami yang memegang jaminan paling besar setelah Eximbank. Kami juga telah bertemu dengan pemilik Duniatex sejak awal minggu lalu, dan saya pikir solusi untuk restrukturisasinya kelak juga akan didiskusikan dengan 40 kreditur lainnya,” katanya.

Baca Juga: Kredit bank pelat merah tersangkut di Duniatex Group

Dalam rekam jejaknya, Bank Mandiri sempat memiliki exposure kredit hingga Rp 5,5 triliun. Sedangkan hingga akhir tahun nilainya berkurang hingga Rp 3,5 triliun.

Nilai tersebut juga terus berkurang hingga Juli sehingga tinggal menyisakan Rp 2,2 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×