kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bankir waspada potensi kenaikan NPL di semester kedua


Senin, 05 Agustus 2019 / 22:14 WIB
Bankir waspada potensi kenaikan NPL di semester kedua


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio non performing loan (NPL) sejumlah perbankan relatif stabil di semester I 2019. Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatat NPL gross 1,4% atau stagnan dari setahun sebelumnya.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pihaknya tetap mengantisipasi akan adanya potensi kenaikan NPL di sisa tahun 2019 ini. Melihat hal tersebut, perseroan pun mematok target NPL maksimal sebesar 2% di tahun ini.

Baca Juga: Antisipasi pemadaman listrik, BNI siapkan genset di ATM

"Kami target di bawah 2%, dari jumlah debitur banyak di segmen konsumer. Sedangkan dari nilainya besar di komersial dan korporasi," ujar Jahja kepada Kontan.co.id, Senin (5/8). 

BCA pun sudah siap sedia akan adanya peningkatan NPL, hal ini ditunjukkan dari masih tingginya rasio pencadangan (coverage ratio) perseroan sebesar 183,7% per kuartal II 2019 lalu.

Sebelumnya, Jahja menyatakan sampai saat ini tidak ada sektor kredit yang masuk daftar hitam (black list) perseroan. Artinya, BCA akan tetap memberikan kredit ke seluruh sektor, tentunya dengan persyaratan dan mitigasi yang lebih ketat.

Baca Juga: Bank Mandiri target komisi dari wealth mangement bisa menembus Rp 700 miliar

Pun, menurut Jahja saat ini kondisi kebutuhan kredit baru belum banyak naik lantaran kredit modal kerja (KMK) belum banyak berkembang. Namun, untuk kredit investasi masih cukup banyak permintaan kredit.

Sebagai catatan, hingga Juni 2019 lalu kredit korporasi BCA mayoritas masuk ke sektor perdagangan atau 24% dari total kredit dan disusul oleh manufaktur sebesar 20%. 

Dua sektor ini mencatatkan NPL sebesar 3% dan 0,6% pada semester-I 2019 lalu. Posisi tersebut lebih rendah dibanding rata-rata NPL industri di sektor perdagangan di bulan Mei 2019 sebesar 4,1% dan sektor manufaktur 3%.

Baca Juga: Mata uang China anjlok ke level terendah dalam satu dekade, siap perang mata uang?

Adapun, berdasarkan segmennya kredit komersial menyumbang NPL BCA paling tinggi sebesar 46,1% dari total NPL. Disusul oleh kredit konsumer 28,1% dan kredit korporasi 25,4%.

Sementara itu, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) pada semester-I 2019 lalu mencatatkan NPL 3,32% meningkat dari setahun sebelumnya 2,78%. Posisi tersebut praktis masih jauh dari target NPL BTN tahun ini sebesar 2,5%.

Plt. Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Nixon Napitupulu mengatakan kenaikan NPL tersebut kebanyakan disumbang dari pembiayaan non perumahan pada segmen syariah. "Kebanyakan barang (kredit) lama," singkatnya. 

Baca Juga: Incar nasabah kelas kakap, Bank Mandiri bakal gelar customer gathering

Merujuk presentasi perusahaan, rasio non performing financing (NPF) unit usaha syariah (UUS) BTN memang cukup tinggi sebesar 4,47% per Juni 2019, jauh di atas posisi tahun sebelumnya 1,09%.

Pun, berdasarkan penyaluran kreditnya tercatat kredit konstruksi naik cukup tinggi dari 4,28% di Juni 2018 menjadi 8,53% per Juni 2019. Hal serupa juga terjadi pada kredit komersial yang mencatatkan NPL 6,9% sedikit naik dari tahun sebelumnya 6,62%.

Nixon menjelaskan, melihat fakta tersebut pihaknya meramal NPL pada akhir tahun masih akan ada di kisaran 2,7%-2,8%. Alih-alih menjaga laju NPL, perseroan pun berniat meningkatkan rasio pencadangan ke posisi 70% di semester II 2019.

Sebabnya, pada periode semester I 2019 rasio pencadangan BTN justru turun menjadi 37,87% dari tahun lalu 41,72%.

Baca Juga: Bank Mandiri: Potensi kehilangan pendapatan dari EDC akibat listrik padam cukup besar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×