Reporter: Asep Munazat Zatnika, Syarifah Nur Aida | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kinerja Bank Indonesia membaik pada 2013 lalu. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan, Bank Indonesia mencetak surplus sebesar Rp 37,40 triliun. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan nilai surplus 2012 yang hanya sebesar Rp 5,8 triliun.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Tirta Segara menjelaskan kenaikan surplus itu karena pengelolaan moneter yang mencapai Rp 68,8 triliun. Padahal pada tahun 2012 lalu penerimaan pengelolaan moneter hanya Rp 39,4 triliun saja. "Itu antara lain disebabkankarena selisih kurs, hasil dari pengelolaan dana cadangan devisa, serta imbal hasil dari Surat Berharga Negara (SBN) yang dimiliki BI," ujar Tirta, Kamis (22/5).
Pada 2013 lalu, BI memperoleh penerimaan sebesar Rp 71,1 triliun. Angka penerimaan ini melejit 77,69% dibandingkan 2012 lalu yang hanya sebesar Rp 40,03 triliun.
Surplus juga berasal dari berkurangnya beban yang ditanggun Bank Indonesia. Dari sisi pengeluaran, beban yang dikeluarkan bank sentral menurun 9% menjadi Rp 28,91 triliun. Penyebabnya karena karena jumlah instrumen moneter yang berkurang.
Tirta membantah kalau kebijakan moneter BI yang minim intervensi pasar ikut mendorong surplus. Pada tahun 2013 BI memang cenderung membiarkan pergerakan nilai tukar rupiah, tanpa melakukan intervensi pasar. Akibatnya, cadangan devisa BI tidak tergerus.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual memandang keberadaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ikut mendorong surplus. Keberadaan OJK membuat pekerjaan rumah dan tanggung jawab BI kurang.
Alhasil, beban yang harus ditanggungnya juga menyusut. Seperti diketahui, peran pengawasan perbankan, yang tadinya dilakukan BI mulai tahun 2013 sudah beralih ke tangan OJK. Sementara terkait meningkatnya penerimaan, David berpendapat pengelolaan moneter BI yang lebih efisien menjadi salah satu penyebabnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News