kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Investor Asing Gencar Memburu Bank Lokal, Seperti Apa Cuan yang Dikantonginya?


Senin, 14 Juli 2025 / 20:15 WIB
Investor Asing Gencar Memburu Bank Lokal, Seperti Apa Cuan yang Dikantonginya?
ILUSTRASI. Minat investor asing masuk ke bisnis perbankan Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir cukup besar. Tercatat sudah lebih dari 30 bank lokal saat ini yang dikendalikan oleh investor asing dari berbagai negara.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Minat investor asing masuk ke bisnis perbankan Tanah Air dalam beberapa tahun terakhir cukup besar. Tercatat sudah lebih dari 30 bank lokal saat ini yang dikendalikan oleh investor asing dari berbagai negara.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa investor asing memiliki minat yang besar untuk masuk ke industri perbankan RI. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan sektor perbankan Indonesia tetap menjadi salah satu sektor yang sangat menjanjikan bagi investor asing. Indonesia memiliki ekosistem investasi yang baik yang fokus pada inklusi keuangan. Menurutnya saat ini ada sejumlah bank asing yang sedang mempertimbangkan masuk ke perbankan RI.

"Sejumlah bank asing memang masih mempertimbangkan masuk atau memperluas operasinya di Indonesia dengan tetap mempertimbangkan tantangan yang ada, seperti regulasi yang prudent dan pasar yang kompetitif serta prospek ekonomi di Indonesia," katanya dalam jawaban tertulisnya baru-baru ini.

Baca Juga: OJK: Minat Investor Asing Cukup Tinggi untuk Perkuat Modal Perbankan di Tanah Air

Misalnya saja, awal tahun ini pemegang saham pengendali Bank Pan Indonesia atau Bank Panin (PNBN) yakni ANZ dan keluarga Gunawan berencana menjual sahamnya dan menjadi incaran para raksasa bank Asia seperti CIMB Group dan DBS Group.

Saham gabungan dari ANZ dan keluarga Gunawan ini mewakili sekitar 86% dari Bank Panin. Keluarga Gunawan, yang memegang sekitar 46,5%, terbuka untuk mengurangi sahamnya. Sementara, bank asal Australia ANZ memiliki sekitar 39,2% saham.

Namun menurut sumber Reuters,  kedua bank tersebut tidak mengajukan penawaran yang mengikat karena mereka tidak dapat memenuhi ekspektasi valuasi penjual.

Menurut data LSEG, Panin Bank diperdagangkan pada 0,75 kali buku pada kuartal pertama yang berakhir Maret 2025. Masih menurut sumber Reuters, proses penjualan, yang dijalankan oleh Citigroup, dapat dilanjutkan jika selisih harga dapat dikurangi.

Kabarnya CIMB masih tertarik dan terbuka untuk berunding. Sementara ANZ, Citi, DBS menolak berkomentar.

Saat dihubungi Kontan, Presiden Direktur Panin Bank Herwidayatmo mengatakan, bahwa manajemen PaninBank tidak terlibat dalam proses tersebut.

"Silakan menanyakan hal ini kepada pemegang saham pengendali PaninBank," ujar Herwidayatmo.

ANZ dan keluarga Gunawan memulai proses penjualan bersama tahun lalu, dengan menempatkan saham pengendali gabungan di blok tersebut.

Penjualan tersebut merupakan bagian dari strategi ANZ untuk mengecilkan lini bisnis dengan pengembalian rendah dan mengurangi eksposur ke perbankan ritel dan perbankan kekayaan di Asia untuk meningkatkan laba atas ekuitas.

Baca Juga: Sejumlah Bank Asing Buka Peluang Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Kredit Tahun Ini

Cuan investor asing

Minat investor asing untuk memburu saham perbankan lokal tak lepas kinerja menggembirakan yang dicatatkan selama ini. Bahkan ada beberapa investor yang setiap tahunnya pasti menuai cuan dividen dari masing-masing entitas anaknya.

CIMB Group termasuk yang menikmati cuan dari bisnis bank di dalam negeri. CIMB Group menguasai sekitar 91,45% saham Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA).

Investor asal Malaysia tersebut mengakuisisi Bank Niaga dari Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) tahun 2002. Tahun 2007, bank tersebut digabung dengan Lippo Bank dan berubah nama menjadi Bank CIMB Niaga. Modal BNGA pada kuartal I-2025 tercatat Rp 53,23 triliun.

CIMB Group cukup banyak menerima dividen dari BNGA. Bank ini memang rajin membagi dividen tiap tahun. Dari laba 2023 misalnya, pengendali BNGA ini memperoleh pemayaran dividen Rp 2,82 triliun. Kemudian dari laba bersih 2024, CIMB Group mendapat dividen sekitar Rp 3,57 triliun.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, CIMB Group selama berinvestasi di Indonesia terus mengapresiasi kinerja CIMB Niaga. Ia melihat CIMB Group akan terus berinvestasi di Indonesia.

"CIMB Group juga terus memberikan dukungan terhadap bisnis BNGA dengan adanya perwakilannya masuk dalam jajaran komisaris BNGA. Nasihat serta tujuan bisnis selalu disampaikan lewat dewan komisaris," kata Lani kepada kontan.co.id.

Selain BNGA, bank dalam negeri lain yang dimiliki investor asing dan rajin membagi dividen adalah Bank Danamon (BDMN). Bank ini dikendalikan oleh Mitsubishi UFJ Group (MUFG) yang menguasai sekitar 92,47% saham BDMN.

Investor Jepang ini secara bertahap sejak tahun 2017 telah menggelontorkan Rp 64,14 triliun untuk menguasai Bank Danamon, yang akhirnya digabung dengan Bank Nusantara Parahyangan. Nilai tersebut adalah akuisisi terbesar di perbankan Indonesia.

Baca Juga: Saham Blue Chip Bank Ini Diserok Investor Asing, Pemain Lokal Pelu Beli / Jual?

Dalam enam tahun terakhir, Bank Danamon memang rutin membagi dividen tapi nilainya fluktuatif. Dari laba tahun 2023 misalnya, BDMN membayarkan dividen Rp 125,4 per saham, nilainya naik dari Rp 118,2 per saham pada tahun sebelumnya. MUFG mengantongi Rp 1,13 triliun dari pembagian dividen tersebut.

Adapun pada laba tahun 2024, BDMN membayarkan dividen Rp 113,5 per saham, dan MUFG mengantongi Rp 1,02 triliun dari pembagian dividen tersebut.

Namun jalan bagi MUFG agar investasi di BDMN balik modal masih butuh waktu. Kapitalisasi pasar BDMN per Senin (1/7) masih Rp 23,65 triliun, di bawah harga akuisisi. Namun dividen yang diterima pun tak selalu jumbo.

Segendang sepenarian, pengendali Bank OCBC NISP (NISP) juga masih harus bersabar. Maklum, bank ini baru membagi dividen sejak 2023 lalu setelah absen sekitar 16 tahun. Tahun ini NISP membagi dividen Rp 2,43 triliun atau 50% dari laba 2024. OCBC Overseas yang menguasai 85,08% saham NISP mendapat dividen sebesar Rp 2,06 triliun.

Bangkok Bank juga belum balik modal dari Bank Permata (BNLI). Investor asal Thailand ini mengakuisisi BNLI di 2019 senilai Rp 37 triliun. Sementara BNLI baru membagi dividen dari laba 2021 Rp 8,5 per saham, dari laba 2022 sebesar Rp 15 per saham, dari laba 2023 Rp 25 per saham. Tahun ini, BNLI menebar dividen Rp 30 per saham. Bangkok Bank yang menguasai sekitar 89,12% saham BNLI kebagian Rp 962,50 miliar.

Kemudian ada pula Bank SMBC (BTPN) yang memutuskan membagi dividen tahun buku 2024 senilai Rp 562,6 miliar atau 20% dari laba bersih. Investor Jepang Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) yang memiliki 91,05% saham Bank SMBC mendapat dividen Rp Rp 512,33 miliar.

Selanjutnya: Saat Donald Trump Disambut Sorakan di Final Piala Dunia Antarklub

Menarik Dibaca: Penjualan Tiket KA Paling Banyak Lewat Access by KAI, Total Transaksi 12,6 Juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×