Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Melihat tren ini, ia bilang saat ini investor memang mulai melihat peluang di luar bank-bank besar KBMI IV. Artinya, bank KBMI III yang undervalued namun menunjukkan kinerja kuat mulai dilirik sebagai alternatif.
Selain BNLI, ia mencontohkan bank lain seperti BNGA dan Bank Danamon (BDMN) yang valuasinya masih relatif murah dibanding bank besar, namun memiliki fundamental cukup solid dan ruang pertumbuhan yang menarik.
Dari sisi fundamental, Ekky melihat keduanya cukup solid dengan pertumbuhan laba stabil, permodalan kuat, dan kualitas aset terjaga. Namun, ia menegaskan butuh momentum, karena untuk saat ini kedua saham tersebut belum ada katalis khusus atau aksi korporasi yang signifikan, untuk dapat mengubah pandangan investor.
“Untuk BNGA target jangka panjang di 2000, dan target jangka BDMN di kisaran 2700,” ujar Ekky.
Baca Juga: Peluang Saham Bank KBMI 3 Dilirik Pasca Rilis Kinerja
Di sisi lain, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto berpendapat hal tersebut bukan berarti saham big banks bakal ditinggalkan. Di mana, ketika terjadi gejolak di pasar modal, big banks memang menjadi sasaran utama tekanan jual.
Mengingat, banyaknya fund manager baik lokal maupun global yang memiliki posisi pada saham-saham tersebut.
“Maka tidak heran juga pada saham atau bank tertentu yang memiliki eksposure lebih minim pada kepemilikan pada fund manager akan dapat bergerak lebih baik ketika kondisi pasar sedang bergejolak,” ujar Pandhu.
Ia pun bilang untuk mengincar saham-saham perbankan selain big banks, investor perlu melihat valuasi yang murah. Selain itu, perlu juga tetap melihat prospek ke depan, apakah punya potensi pertumbuhan yang cukup kuat atau tidak.
Baca Juga: Di Antara Big Banks, Saham BMRI Naik Paling Tinggi di Sesi Pertama, Senin (5/5)
“Ada BNGA dan NISP yang punya valuasi murah dan potensi dividen yield besar,” ujarnya.
Untuk BNGA, ia menargetkan harganya bisa mencapai Rp 1.900 per saham, sementara untuk NISP bisa mencapai Rp 1.500 per saham. Adapun untuk BNLI, ia menilai harganya sudah terlalu tinggi karena nilai wajarnya di level Rp 2.500 per saham.
Selanjutnya: ROA Multifinance Terus Menyusut, Ini Penjelasan APPI
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News