kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BI rajin suntik likuiditas bank, apakah sudah cukup? Begini kata bankir


Rabu, 15 April 2020 / 18:06 WIB
BI rajin suntik likuiditas bank, apakah sudah cukup? Begini kata bankir
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang Bank Mandiri, Jakarta Timur, Senin (6/4).


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

Malah, untuk berjaga-jaga Bank Mandiri telah menerbitkan obligasi rupiah senilai Rp 1 triliun di awal April 2020. Bukan karena likuiditas sedang ketat, menurut Darmawan dalam menghadapi kondisi seperti sekarang, perbankan pastinya akan memilih untuk mencari pendanaan sebanyak-banyaknya ketimbang kekurangan likuditas.

Bukan cuma Bank Mandiri saja, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga mengungkap bisa mendapat tambahan likuiditas Rp 17 triliun dari pelonggaran BI yang terbaru. Stimulus tersebut menurut Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo bakal membantu BRI, meskipun sejatinya loan to deposit ratio (LDR) BRI saat ini terhitung longgar di level 89,5% pada Februari 2020.

Baca Juga: Pelonggaran dari Bank Indonesia Bisa Menambah Likuiditas Perbankan Rp 117,8 Triliun

Di sisi lain, Haru bilang di tengah pandemi Covid-19 yang makin meluas, bank terbesar di tanah air ini juga akan makin selektif melakukan ekspansi kredit. Sembari tetap fokus melakukan restrukturisasi kredit sesuai ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Maklum, Pandemi Covid-19 berpotensi mengerek risiko kredit perseroan. Sementara sejak pertengahan hingga akhir Maret 2020, perseroan tercatat sudah merestrukturisasi kredit senilai Rp 14,9 triliun yang berasal dari 134.000 debitur yang didominasi segmen kredit UMKM.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dalam keterangannya menilai likuiditas perseroan masih sangat longgar. Lihat saja, per Februari 2020 posisi LDR BCA masih sekitar 78% dengan pertumbuhan DPK sebanyak 12,4% year on year (yoy) menjadi Rp 704,9 triliun. Sementara itu, posisi RIM BCA tercatat sebesar 81,6% per Desember 2019, masih di bawah batas BI yang ditetapkan sebesar 84%.

Namun, Direktur BCA Santoso Liem menyebut pihaknya tetap mendukung berbagai kebijakan yang ditetapkan pemerintah dan regulator, diantaranya kebijakan BI seperti menurunkan giro wajib minimum, meningkatkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial, dan melonggarkan aturan kartu kredit di tengah situasi pandemi Covid-19 ini. 

"Selain memastikan operasional perbankan berjalan lancar bagi nasabah, BCA juga senantiasa memonitor kondisi kualitas kredit, posisi likuiditas serta pengelolaan risiko operasional," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×