kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Biar likuiditas longgar, bank rilis obligasi


Sabtu, 22 November 2014 / 09:05 WIB
Biar likuiditas longgar, bank rilis obligasi
ILUSTRASI. P2P Lending


Reporter: Adhitya Himawan, Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Rencana Bank Indonesia (BI) mengubah perhitungan rasio likuiditas membuat bank lebih bernafsu menerbitkan surat utang. Maklum, BI berencana memasukkan obligasi dan pinjaman ke sebagai indikator perhitungan likuiditas utama atau biasa disebut loan to funding ratio (LFR).

Contoh, Bank BNI. Darmadi Sutanto, Direktur Konsumer dan Ritel BNI, menyatakan, perubahan indikator likuiditas menjadi LFR dari sebelumnya perbandingan kredit terhadap dana pihak ketiga atau loan to deposit ratio (LDR), bakal meringankan pekerjaan bank dalam mengelola likuiditas. Sebab, bank banyak mengucurkan pembiayaan untuk jangka panjang.  

Atas dasar itulah, bank lebih menyukai menerbitkan surat utang atau obligasi. "Karena bank dituntut semakin banyak berperan di pembiayaan jangka panjang seperti infrastruktur dan kredit pemilikan rumah (KPR)," ujar Darmadi kepada KONTAN, Rabu (19/11).

Tahun depan, BNI tertarik menerbitkan surat utang. Namun, BNI menunggu aturan resmi BI terbit. "Kami tunggu apakah hanya obligasi dalam bentuk rupiah atau valas juga bisa," imbuh Darmadi. Senada, Taswin Zakaria, Direktur Utama Bank International Indonesia (BII) menilai, ketentuan LFR bakal melonggarkan perebutan likuiditas. "Ke depan, BII masih mendiskusikan secara internal rencana obligasi," ucap Taswin.

LDR mendaki

Likuiditas ketat memaksa BII memutar otak. Per September 20914, LDR BII di level 91,13% (bank only), meningkat dari posisi 86,42% pada tahun lalu. Secara konsolidasi, LDR BII telah menembus level 98,59% dari posisi sebelumnya 93,09%.

Selain penerbitan obligasi, BII juga mengkaji opsi lain. Misal, pinjaman dari induk usaha, Maybank. Parwati Surjaudaja, Direktur Utama Bank OCBC NISP, menyatakan, ketentuan baru BI bakal melonggarkan likuiditas OCBC NISP hingga 4%. Hingga September 2014, LDR OCBC NISP berada pada level 83,55%. 

Pada periode sama 2013, LFR OCBC NISP sebesar 77,48%. "Untuk itu, rencana penerbitan obligasi memang masih terbuka untuk kami lakukan," kata Parwati. Sejatinya, rencana BI mengubah perhitungan likuiditas berawal dari kondisi seret likuiditas selama dua tahun terakhir. Ramalan BI, tahun depan masih menjadi tahun berat bagi perbankan memburu dana nasabah. LDR perbankan Tanah Air diprediksi masih ketat, di kisaran level 89%-90%.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

Berita Terkait


TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×