Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menatap tahun 2025, rasa-rasanya persoalan likuiditas ketat belum akan hilang di industri perbankan tanah air. Beberapa bos bank BUMN menilai tantangan ini masih akan membayangi.
Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Royke Tumilaar mengungkapkan bahwa salah satu penyebab likuiditas ketat datang dari sisi eksternal. Di mana, kemenangan Donald Trump menjadi Presiden AS bisa jadi menghambat penurunan suku bunga AS.
Menurutnya, kemenangan Trump di AS akan dibayangi kebijakan tarif impor dan penurunan pajak. Alhasil, itu akan mendorong inflasi naik dan menyulitkan The Fed akan menurunkan suku bunga.
Baca Juga: Meski Bunga Mulai Turun, Kepemilikan Perbankan dI Instrumen SRBI Tetap Menanjak
"Tadinya ekspektasi kita turun suku bunga akan agresif, tapi kelihatan tendensi turun bunga US dolar itu akan sulit untuk kita ekspektasi turun lebih tajam, sehingga tekanan likuiditas ini akan jadi beban yang cukup signifikan bagi perbankan ke depan untuk ekspansi di 2025," ujarnya dalam di DPR, Rabu (13/11).
Lebih lanjut, Royke bilang kebijakan suku bunga Bank Indonesia yang cukup tinggi berpengaruh pada pergerakan dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki oleh bank.