Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) semakin fokus mengembangkan transaksi ritel di pasar tradisional melalui penguatan ekosistem pasar. Langkah ini bertujuan meningkatkan inklusi keuangan syariah bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Direktur Distribution & Sales BSI, Anton Sukarna, menjelaskan bahwa pasar tradisional merupakan pusat ekonomi masyarakat di tingkat akar rumput. Oleh karena itu, pemberdayaan ekosistem pasar dinilai dapat memperkuat ketahanan ekonomi melalui instrumen keuangan syariah.
“Saat ini, BSI menyasar pasar untuk membangun ekosistem halal yang mencakup seluruh rantai produksi hingga distribusi. Pasar Beringharjo di Yogyakarta menjadi proyek percontohan karena kota ini merupakan destinasi wisata nasional,” ujar Anton dalam siaran pers, Kamis (10/4).
Baca Juga: Pelaku Usaha Jakarta Merespon Positif Keberadaan Aplikasi Kantong UMKM
BSI juga mengembangkan berbagai layanan perbankan syariah untuk pasar, termasuk BSI Agen, QRIS, dan EDC. Inisiatif ini bertujuan mendorong digitalisasi transaksi keuangan agar lebih aman, cepat, dan mudah.
Dengan semakin luasnya akses layanan keuangan syariah, Anton optimistis inklusi keuangan akan meningkat seiring dengan minat masyarakat terhadap perbankan syariah.
Selain digitalisasi transaksi, BSI juga aktif mengedukasi pedagang dan wirausaha terkait investasi emas serta pembiayaan modal usaha bagi segmen mikro, kecil, dan menengah.
Saat ini, BSI telah memiliki sekitar 21.000 merchant QRIS di Yogyakarta dengan total transaksi mencapai Rp 16,3 miliar hingga Maret 2025. Rata-rata jumlah transaksi per merchant mencapai lebih dari 3.500, sementara jumlah wirausaha yang menjadi nasabah BSI di Yogyakarta tercatat sebanyak 4.545.
Baca Juga: Pemkot Cirebon Dukung Digitalisasi UMKM, Aplikasi Kantong UMKM Resmi Digunakan
Menurut Anton, segmen usaha yang didominasi oleh pedagang besar dan eceran, wirausaha makanan dan minuman, serta pelaku sosial budaya dan kerajinan, menjadi target utama pemberdayaan ekosistem pasar. Upaya ini sejalan dengan visi BSI dalam memperkuat ekonomi syariah sebagai katalis pembangunan nasional.
UMKM memiliki peran signifikan dalam perekonomian Indonesia. Data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menunjukkan bahwa UMKM menyumbang 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap hampir 97% tenaga kerja nasional.
Hingga Februari 2025, BSI telah menyalurkan pembiayaan ke sektor UMKM sebesar Rp 52,09 triliun, tumbuh 12,69% secara tahunan. Pembiayaan tersebut disalurkan kepada lebih dari 360.000 nasabah di seluruh Indonesia.
Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) BSI tercatat sebesar Rp 97,45 triliun atau 34,58%, melampaui target yang ditetapkan regulator.
“UMKM merupakan tulang punggung ekonomi nasional, termasuk yang berada dalam ekosistem pasar. Oleh karena itu, keberlanjutannya harus dijaga melalui pemberdayaan ekonomi syariah,” kata Anton.
Baca Juga: APDI dan PT TDC Sepakat Tingkatkan Ekosistem Transaksi Digital di Pasar Tradisional
Selain itu, BSI juga mendorong pertumbuhan transaksi digital melalui pengembangan merchant QRIS dan EDC. Hingga 2024, BSI memiliki 448.000 merchant QRIS di seluruh Indonesia dengan total 42,9 juta transaksi senilai Rp3,5 triliun.
Sementara itu, merchant EDC BSI mencapai 13.000 dengan total transaksi sebanyak 1,3 juta dan nilai transaksi Rp551 miliar.
Selanjutnya: Anak Usaha TBS Energi Utama (TOBA) Teken Perjanjian Pinjaman, Ini Nilainya
Menarik Dibaca: Hujan Petir di Bandung, Ini Prakiraan Cuaca Besok (12/4) di Jawa Barat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News