Reporter: Steffi Indrajana, Roy Franedya | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) berencana melakukan secondary offering pada tahun 2014. Menurut Wakil Direktur Utama BTN Evi Firmansyah, rasio permodalan atawa CAR BTN akan menjadi 13% pada tahun 2014 sehingga mereka membutuhkan suntikan modal baru supaya bisa melakukan ekspansi kredit lebih lanjut. Hingga semester I 2010, CAR BTN berada di kisaran 18,71%.
Aturan Bank Indonesia (BI) saat ini menetapkan 8% sebagai batas minimum CAR dari sebuah bank. Tetapi karena adanya basel II yang menetapkan salah satu pilarnya berupa penguatan permodalan perbankan, BI menghimbau setiap bank untuk memiliki CAR 12%. Tujuannya, jika tejadi suatu hal yang tidak terduga, masih ada cadangan 4%.
"Ekspansi kredit BTN sampai sekarang sangat kencang. Per bulannya kita bisa memberikan rata-rata Rp 1,5 triliun-Rp 2 triliun. Paling banyak tetap mengalir ke sektor perumahan, baru kemudian ke konsumer," jelasnya. Total kredit BTN hingga semester I 2010 tumbuh 29,61% menjadi sekitar Rp 46,41 triliun.
Saat ini, pemerintah menguasai 73% saham BTN dan sisanya dikuasai oleh publik. Menurut Evi, pemerintah dapat menjual 13% saham miliknya untuk menjadi tambahan modal. "Dengan 60%, pemerintah masih mendominasi kepemilikan saham. Karena memang keinginan pemerintah untuk tetap mendominasi (kepemilikan saham)," tuturnya.
Selain untuk terus melakukan ekspansi kredit, rencananya, suntikan modal baru ini juga akan digunakan untuk menambah modal unit usaha Syariah (UUS) BTN agar bisa melakukan spin off pada tahun 2014. Saat ini, BTN masih mengkaji rencana spin off UUS dan berkonsultasi ke pihak konsultan. "Menurut mereka, supaya UUS bisa berdiri sendiri menjadi sebuah bank, minimal mereka mempunyai aset sebesar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun," ucapnya.
Posisi aset UUS saat ini berada di Rp 2,6 triliun. Dengan rencana pertumbuhan minimal 20% tiap tahunnya, Evi berharap aset yang dibutuhkan untuk menjadi bank yang berdiri sendiri akan terkumpul dalam waktu empat tahun. "Ditambah limpahan modal baru dari penjualan saham itu," akunya. Hingga akhir tahun ini, target aset UUS syariah sendiri ingin mencapai angka Rp 2,8 triliun-Rp 3 triliun.
Menteri Negara BUMN Mustafa Abubakar mengatakan dalam waktu dekat pihaknya belum berniat untuk mengurangi porsi kepemilikan saham pemerintah di BTN. "saat ini kami sedang fokus pada right issue (pelepasan saham baru) di Bank Mandiri dan Bank BNI," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News