Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank Tabungan Negara (BTN) menilai, kebutuhan pembiayaan bagi backlog perumahan bisa mencapai Rp 1.200 triliun dalam beberapa tahun mendatang. Angka tersebut mengacu pada backlog perumahan saat ini yang mencapai sekitar 13,6 juta unit dengan rata-rata harga rumah Rp 120 juta.
Pernyataan tersebut disampaikan Maryono, Direktur Utama BTN dalam seminar bertajuk Emiten Bicara Industri (EBI), Jumat (6/2). Menurut Maryono, dari backlog yang ada, pembangunan rumah untuk rakyat hanya bisa mencapai sebanyak 300-400 ribu per tahun.
"Itu karena ada beberapa permasalahan," kata Maryono. Permasalahan pertama adalah mengenai keterbatasan lahan dan harga tanah yang cepat naik. Selain itu, lanjut dia, pembangunan rumah juga mengalami permasalahan perizinan yang lama dan minimnya infrastruktur.
Permasalahan lainnya adalah pembiayaan yang pada umumnya berasal dari industri perbankan. Dengan permasalahan yang ada, Maryono mengaku, BTN tetap siap menjadi integrator dalam mengatasi kelangkaan rumah.
"Apalagi, kami yang sudah berdiri selama 65 tahun, selalu dipercaya pemerintah untuk membiayai rumah subsidi," jelas Maryono.
Baru-baru ini, pemerintah telah menghembuskan wacana program sejuta rumah. Dari jumlah itu, sekitar 600 ribu rumah merupakan rumah subsidi yang sejenis Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), 250 ribu rumah non subsidi dan sisanya 150 ribu rumah rakyat.
Bagi BTN, Maryono bilang, pihaknya punya beberapa alternatif pendanaan untuk membiayai program rumah pemerintah. "Kami ada sekuritisasi, penjajakan pinjaman bilateral, obligasi, dan tentunya dana pihak ketiga (DPK)," imbuh Maryono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News