Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan diramaikan emiten baru dari sektor perbankan tahun ini setelah tahun 2019 tidak ada emiten perbankan baru. Di awal tahun saja, sudah ada PT Bank Amar Indonesia yang akan melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
Selain itu, ada beberapa bank lagi yang merencanakan melantai di bursa saham lewat IPO tahun ini.
PT Bank Pembangunan Daerah DKI (Bank DKI) dan PT BNI Syariah misalnya berencana melanjutkan rencana IPO tahun ini setelah ditunda tahun lalu. Namun, penyelenggaraannya akan tergantung dari kondisi pasar saham.
Baca Juga: Cari Dana Lewat Obligasi dinilai Lebih Oke Ketimbang di Pasar Saham premium
Bank DKI berencana IPO dengan menerbitkan saham sekitar 20%-30% dari saham ditempatkan dan disetor penuh. Penawaran saham perdana itu direncanakan akan digelar pada semester II-2020. Bank DKI berencana melakukan aksi korporasi itu berdasarkan kinerja keuangan semester I-2020.
Sekretaris Perusahaan Bank DKI Herry Djufraini mengatakan, persiapan rencana IPO tersebut berjalan dengan baik, termasuk dari sisi perizinan dari DPRD DKI. Bank DKI juga telah menggandeng penjamin emisi yakni Mandiri Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan RHB Sekuritas Indonesia. "Target IPO ini minimal 20%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).
Namun, penyelenggaran IPO Bank DKI tersebut tetap akan mempertimbangkan kondisi pasar saham. Bank daerah ini harus hati-hati agar jangan sampai harga sahamnya justru melorot setelah melantai di bursa.
Meski begitu, Bank DKI memperkirakan kondisi pasar saham tahun ini akan lebih baik dari tahun sebelumnya.
Bank DKI merupakan Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) 3 dengan modal inti sebesar Rp 7,54 triliun per September 2019. Rencana IPO tersebut akan memperkuat permodalan bank dalam melakukan ekspansi bisnis. Rasio permodalan bank ini atau capital adequacy ratio (CAR) pada periode tersebut tercatat 25,9%.
PT BNI Syariah juga tetap mengkaji untuk IPO. Namun, itu akan dilakukan jika kondisi pasar mendukung. BNI Syariah masih akan lebih fokus mempercepat pengalihan aset milik induknya di Aceh sebagai implementasi qanun Aceh dan mengupayakan untuk segera naik BUKU.
Rencana IPO BNI sebenarnya sempat diwacanakan digelar tahun 2019 agar bisa segera naik kelas ke bank BUKU 3 dengan modal inti di atas Rp 5 triliun. Sementara per September 2019, modal inti bank baru Rp 4,59 triliun.
Tetapi rencana itu kemudian ditunda lantaran BNI memilih untuk fokus mempercepat implementasi qanun Aceh saja. Pengalihan aset di Aceh itu dinilai sudah cukup buat BNI Syariah naik kelas ke BUKU III ditambah dengan ekspansi organiknya.
"Fokus kami saat ini mempercepat implementasi qanun. Untuk rencana IPO kami akan melihat kondisi market karena tahun 2020 ini masih banyak diliputi ketidakpastian," ungkap General Manager (GM) Pengelola Perusahaan Anak BNI Afien Yuni Yahya.
Baca Juga: Hari Ini (02/01) Penawaran Saham IPO Bank Amar dimulai, Harganya Rp 174 per Saham
Target saham IPO yang akan diterbitkan jika kondisi pasar memungkinkan belum ditetapkan lantaran BNI masih haru melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan Kementerian BUMN sebagai pemilik saham mayoritas BNI.
Adapun Bank Amar telah melakukan penawaran umum saham IPO mulai 2 Januari-6 Januari 2020 lalu. Bank ini menawarkan 1,2 miliar saham atau 15,01% yang merupakan milik Tolaram Group Inc yang jadi pemegang saham mayoritas saat ini.
Saham IPO Bank Amar ditetapkan dengan harga Rp 174 per saham, sehingga bisa meraup dana sebesar Rp 209,86 miliar.
Mengingat saham yang dilepas adalah milik Tolaram maka dana IPO itu akan diterima Tolaram. Pencatatan saham IPO itu akan digelar pada 9 Januari 2019.
Setelah IPO, kepemilikan saham Tolaram di Bank Amar tersisa 83,68%. Paska IPO, bank ini akan melakukan private placement saham milik Tolaram hingga kepemilikannya tinggal tersisa 30%.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma melihat banyak bank berminat IPO tahun ini karena industri perbankan menghadapi tantangan likuiditas dan implementasi PSKA 71. "Mau tidak mau, bank harus IPO atau right issue untuk meningkatkan permodalan," kata Suria.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News