Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) mengatakan sejak dua tahun terakhir pihaknya tengah melakukan transformasi anak usahanya yaitu PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF) agar lebih efisien dan profitable. Salah satunya yaitu dengan menarget nasabah dengan risiko kredit yang terukur untuk dapat menopang pertumbuhan yang sehat.
Sementara itu, Direktur dari bank yang merupakan anggota indeks Kompas100 ini, CIMB Niaga Lani Darmawan menyebut pihaknya saat ini hanya tertarik menyalurkan kredit kendaraan bermotor (KKB) untuk roda empat. Sebab, menurutnya pasar roda empat masih lebih tinggi ditambah jumlah nasabah eksisting saat ini terus mengalami peningkatan.
"Saat ini CNAF sangat profitable setelah berubah business model dan kami bukan hanya di sales (penjualan) tinggi tapi juga harus profitable," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (18/3). Cara ini menurutnya memang sedang digalakkan lantaran berdasarkan strateginya, CIMB Niaga akan mendongkrak bisnis di multifinace sebagai core business segmen ritel.
Dalam waktu dekat, pihaknya juga tidak berencana untuk melakukan pembiayaan ke roda dua seperti beberapa kompetitornya. "Masih banyak potensi di roda empat dan kami baru revamp. Jadi fokus satu-satu dulu, segmen ini juga relevan," sambungnya.
Sinergi antara induk juga bakal dilakukan perseroan untuk lebih gencar melakukan penjualan alias melalui strategi crossselling. Selain juga menambah mitra dealer di beberapa kawasan.
Lani menyebut, dengan cara ini pihaknya optimis dari sisi penjualan (sales) KKB perseroan bisa mengalami peningkatan sebesar 25%.
Catatan saja, tahun lalu bisnis KKB CIMB Niaga memang tak begitu bersinar. Terlihat dari total realisasi kredit yang hanya sebesar Rp 6,22 triliun atau turun 28,7% dari realisasi tahun lalu Rp 8,72 triliun. Angka tersebut mewakili 13% dari total kredit konsumer perseroan yang mencapai Rp 49,09 triliun di 2018.
Sementara untuk CNAF tahun lalu mencatatkan pembiayaan susut 38,5% secara year on year (yoy) dari Rp 7,85 triliun menjadi Rp 4,83 triliun di 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News