Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sektor properti mulai merasakan imbas pelemahan daya beli masyarakat. Salah satu indikasinya adalah permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) yang turun tajam. "Di awal tahun ini terjadi slow down," ujar James Rompas, Direktur Retail Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk. kemarin (23/2).
Tahun lalu, nilai permohonan KPR yang masuk ke Bank CIMB Niaga rata-rata Rp 600 miliar per bulan. Namun, selama Januari 2009 lalu, nilai penyaluran KPR CIMB Niaga hanya Rp 150 miliar. James memperkirakan, permintaan KPR di tahun ini bakal terpangkas hingga separuh.
James menegaskan, bank tak mengerem laju penyaluran kredit untuk mengurangi risiko. Penyebab turunnya nilai kredit semata-mata adalah kemerosotan permintaan.
Meski begitu, CIMB Niaga tetap menargetkan pertumbuhan KPR yang cukup optimistis tahun ini, yakni antara 20%-25% dari nilai penyaluran KPR tahun lalu.
Tahun lalu, CIMB Niaga mengucurkan KPR senilai Rp 13 triliun. Jadi, untuk mencapai target tahun ini, CIMB Niaga harus mencetak kredit baru Rp 2,6 triliun. Jika dihitung, tiap bulan rata-rata penyaluran KPR berkisar Rp 300 miliar.
Merujuk penyaluran Januari yang masih jauh dari target, CIMB Niaga berniat kembali memangkas suku bunga KPR. James berharap, penurunan tersebut akan mendongkrak kembali permintaan KPR.
Awal bulan ini, sebenarnya bank hasil merger Bank Lippo dengan CIMB Niaga ini sudah menurunkan bunga KPR sebesar 0,5% dari 15% menjadi 14,5%. "Dalam waktu dekat, kami akan menurunkan lagi sebesar 0,5% sehingga menjadi 14%," ujar James.
Selain itu, bank penyalur KPR terbesar kedua di Indonesia juga akan memperluas kerjasama dengan pengembang. Saat ini, CIMB Niaga telah menjalin kerjasama dengan 200 lebih pengembang.
Strategi lainnya, CIMB Niaga berencana membundel produk KPR dengan produk perbankan lain, seperti kartu kredit. Walhasil, nantinya nasabah yang mengambil KPR juga akan mendapat kartu kredit. Dengan begini, produk KPR CIMB Niaga memiliki nilai lebih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News