Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Kisruh di industri dana pensiun karena program wajib iuran jaminan hari tua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan tak menghalangi pertumbuhan bisnis dana pensiun (dapen).
Contoh, Dana Pensiun Bersama Perusahaan Daerah Air Minum Seluruh Indonesia (Dapen Perusahaan Air Minum) berhasil mengerek dana kelolaannya hingga 15% di triwulan pertama tahun ini. Per akhir Maret 2015 ini, Dapen ini berhasil menghimpun dana kelolaan sebesar Rp 3,1 triliun. Sampai tutup tahun ini, Dapen perusahaan air minum ini mengincar target dana kelolaan Rp 3,3 triliun. Artinya, di sisa tahun ini, dapen ini harus mengumpulkan dana kelolaan Rp 200 miliar.
Direktur Utama Dapenma Pamsi Sularno optimistis, bisnis dana pensiun tak akan terganggu karena jaminan pensiun. "Karena sistemnya kan pemerintah daerah masing-masing menyetujui anggaran untuk penerapan program pensiun ini," kata Sularno, Selasa (21/4).
Menurut Sularno, persoalan yang dihadapi oleh Dapen AirĀ Minum adalah pemekaran wilayah. Sebab, daerah pemekaran baru terbentuk sebagai kabupaten atau kota sehingga anggarannya juga belum pasti. "Ini yang berat, belum ada iuran yang masuk kalau belum dianggarkan," jelas Sularno.
Saat ini, Dapen ini memiliki 50.000 peserta. Sebanyak 42.000 peserta masih aktif mengiur. Sedangkan sisanya adalah peserta yang menerima manfaat pensiun.
Kendati dana kelolaannya tumbuh, Dapen Perusahaan Air Minum tak yakin bisa menorehkan return on investment (RoI) sama dengan tahun lalu. Pada 2014, Dapen ini mengantongi imbal hasil sebesar 12,5%. Pada kuartal pertama tahun ini, imbal hasilĀ nya baru 3% hingga 4%. Diharapkan pada akhir kuartal tahun ini, imbal hasilnya meningkat dua kali lipat.
"Hal ini dikarenakan kondisi ekonomi tidak semenarik tahun lalu," jelas Sularno.
Sepanjang tahun lalu, Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) tersebut menempatkan 35% dana kelolaannya di keranjang deposito. Selain itu, dana kelolaan juga dibenamkan di surat berharga sebesar 20%-25%. Sebanyak 30% di parkir di obligasi dan kurang dari 10% dialokasikan untuk saham.
Di tahun ini, mereka akan mempertebal instrumen deposito. "Sebanyak 40% yang akan berasal dari iuran peserta baru," papar Sularno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News