Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun, perbankan optimistis bisa meraih profitabilitas yang lebih tinggi. Dalam hal ini, rasio Net Interest Margin (NIM) yang selama ini dalam tren penurunan bisa kembali meningkat.
Hal tersebut tertuang dalam Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) untuk periode kuartal IV-2025 mengungkapkan NIM berpotensi meningkat seiring proyeksi pertumbuhan penyaluran dan perbaikan kualitas kredit.
Ditambah, penurunan Cost of Fund (COF) yang juga bisa terjadi dengan kembali turunnya BI-Rate pada September 2025. Berdasarkan hasil survei, NIM diproyeksi meningkat lebih tinggi dibandingkan realisasi NIM per September 2025 sebesar 4,58%.
Baca Juga: Upaya Pendanaan dan Seleksi Kredit Jaga Stabilitas NIM Bank Woori Saudara
Jika melihat secara historis, NIM perbankan memang dalam beberapa tahun terakhir turun. Ambil contoh, pada Desember 2024, NIM perbankan ada di level 4,62%. Ditarik lebih jauh lagi, NIM perbankan pada Desember 2023 juga jauh lebih tinggi yaitu di level 4,87%.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae melihat saat ini perbankan juga melakukan upaya aktif yang lebih selektif dan efisien dalam penghimpunan dana dengan memprioritaskan dana murah serta mengurangi DPK dengan suku bunga mahal.
Tak hanya itu, Dian juga bilang bank tengah mengoptimalkan penyaluran kredit selama triwulan terakhir 2025. Mengingat bahwa komponen terbesar dari aktiva produktif dan penyumbang pendapatan bunga terbesar adalah kredit atau pembiayaan.
“Ini diyakini berdampak positif terhadap kenaikan pendapatan bunga dan NIM,” ujar Dian kepada KONTAN, Senin (24/11/2025).
Kepala Biro Banking Research & Analytics PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Victor George Petrus Matindas berpendapat di tengah penurunan suku bunga acuan BI, sejatinya ada potensi NIM yang menurun.
Baca Juga: Begini Dampak Penempatan Dana Pemerintah Rp 200 Triliun Terhadap NIM Perbankan
Mengingat, secara teori, jika suku bunga acuan turun maka suku bunga kredit juga turun, yang pada akhirnya berdampak pula pada NIM.
Ia mengungkapkan bahwa tentunya perbankan bakal menyesuaikan strategi bagaimana tetap bisa menurunkan suku bunga kredit namun NIM tetap terjaga. Dalam hal ini, menjaga agar penyaluran kredit bisa dipertahankan tetap stabil atau bahkan naik.
“Skenario yang paling oke, kalau permintaan kreditnya itu bagus meskipun suku bunga turun, sehingga volume itu kan meningkat,” ujar Victor.
Direktur Kepatuhan PT Bank Oke Indonesia Tbk (OK Bank) Efdinal Alamsyah menambahkan bahwa potensi perbaikan NIM masih terbuka.
Ini sejalan dengan membaiknya kondisi biaya dana yang menunjukkan tren penurunan.
Efdinal menambahkan pihaknya terus berupaya melakukan peningkatan margin secara hati-hati dan berimbang. Dalam hal ini, ia memastikan efisiensi pendanaan, kualitas aset yang tetap terjaga, serta pertumbuhan kredit yang berkesinambungan.
Baca Juga: NIM Perbankan Berpotensi Naik, Dampak BI Rate Baru Terasa 2–3 Bulan Lagi
“NIM Oktober sekitar 5.5%, di akhir tahun ekspektasi minimal seperti itu,” jelasnya.
Sependapat, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengungkapkan seharusnya NIM emang bisa naik bertahap. Meski demikian, ia lebih melihat kenaikan NIM itu tidak akan langsung terlihat.
Salah satu alasannya adalah masih ada Dana Pihak Ketiga (DPK) di CIMB Niaga yang memiliki bunga lebih tinggi dengan tenornya jangka panjang. Adapun, bunga kredit juga akan bergerak turun bertahap terutama untuk nasabah yang tidak mendapatkan special rate saat ini.
“Guidance NIM kami sekitar 3.9% - 4.2%. Saat ini sudah 4%,” tandasnya.
Selanjutnya: Freeport Pasok 10 Ton Emas ke Antam (ANTM) Hingga Akhir Tahun 2025
Menarik Dibaca: Ramalan Zodiak Keuangan dan Karier Besok Selasa 25 November 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













