kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dompet digital garap bisnis wealth management


Minggu, 05 Januari 2020 / 19:27 WIB
Dompet digital garap bisnis wealth management
ILUSTRASI. LinkAja telah menerapkan QRIS pada ekosistem pembayaran Pasar Mayestik yang berlokasi di Jakarta Selatan. Terdapat ratusan merchant yang telah menggunakan QRIS hingga saat ini.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku uang elektronik berbasis server mulai membidik bisnis investasi dalam platform dompet digital. Tentunya langkah ini akan memperluas jumlah transaksi dan melengkapi layanan keuangan.

Ketua Harian Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Mercy Simorangkir menyatakan finansial teknologi (fintech) biasanya masuk ke sistem perekonomian melalui beberapa tahap. Pertama selalu masuk ke dalam alat pembayaran atau uang elektronik. Lalu tahap pendanaan atau pinjaman lewat peer to peer lending.

Baca Juga: Usai loyo di 2019, multifinance geber pembiayaan syariah di tahun ini

“Lalu masuk ke teknologi untuk di pasar modal, untuk investasi atau wealth management. Di Indonesia juga seperti itu, saat ini lebih banyak di fintech pembayaran dan pendanaan. Namun beberapa unicorn juga sudah mulai memberikan layanan investasi dengan memperkenalkan reksadana. Ini merupakan solusi investasi online,” ujar Mercy pekan lalu.

Memang langkah ini telah dilakukan uang elektronik OVO yang dikelola oleh PT Visionet Internasional. Unicorn uang elektronik ini mengaavdeng Ciptadana Asset Management (CAM) untuk menghadirkan produk OVO Invest.

Sehingga pengguna OVO untuk dapat membuka rekening Investasi pada CAM dan berinvestasi reksadana lebih mudah secara online menggunakan Aplikasi OVO.

President Director OVO Karaniya Dharmasaputra menyatakan langkah ini nantinya juga dapat mendatangkan revenue bagi OVO. Ia menyebut telah menyiapkan berbagai strategis dalam menggarap bisnis baru ini.

Baca Juga: Walau banyak saingan, kartu uang elektronik masih bakal tumbuh

“Pada 2020, kita akan lebih mendalami lagi layanan finansial, itu akan menghasilkan revenue. Nanti kami akan kerja sama dengan Bareksa. Juga akan bekerja sama dengan asuransi, itu kita udah kerja sama dengan Prudential. Lending juga akan terus kita perkuat,” papar Karaniya.

Asal tahu saja, Karaniya sendiri merupakan Co-Founder dan CEO Bareksa. Adapun layanan OVO Invest dapat digunakan oleh Pengguna OVO Premier yang sudah terdaftar menggunakan e-KTP dan telah melakukan registrasi untuk membuka rekening OVO Invest.

Ia menyebut hingga saat ini OVO sudah terdapat di 115 juta perangkat. Adapun pengguna OVO sebanyak 87 juta pengguna, sedangkan monthly active user 11 juta hingga 12 juta.

Karaniya bilang saat ini transaksi paling besar dari OVO berasal dari e-commerce. Nilai transaksi di e-commerce juga lebih besar dari ride hailing maupun food and beverage.

PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) sebagai pemegang izin uang elektronik LinkAja juga memiliki strategi bisnis mengembangkan bisnis investasi. Chief Marketing Officer LinkAja Edward Kilian Suwignyo menyatakan tahun ini akan fokus pada layanan keuangan.

Financial services ini berbicara soal wealth, protection, dan loan. Pengembangannya bisa kemana-mana. Tapi kami akan mengembangkannya bagi market kami. Dari sana, kita tentukan produk mana yang pertama masuk,” ujar Edward.

Baca Juga: Tahun ini NPF fintech diprediksikan sentuh 4%, kenapa?

Adapun yang menjadi target dari LinkAja adalah orang-orang yang memang belum tersentuh oleh bank. Juga para pelaku UKM dan menyasar kota-kota tier II dan III. Lantaran LinkAja percaya mereka membutuhkan uang elektronik sebagai solusi bukan sebagai pelengkap.

Hingga 2019, LinkAja mencatat terdapat lebih dari 40 juta pengguna terdaftar. Uang elektronik pelat merah ini memiliki akses cash in kepada masyarakat di lebih dari 700,000 titik pada akhir 2019. Baik berupa bank channel, modern retail, hingga layanan keuangan digital.

“Setiap bulan terjadi pertumbuhan pengguna aktif sebanyak 5,1 kali lipat. Pertumbuhan nilai transaksi 4,8 kali dan jumlah transaksi tumbuh 4,7 kali lipat setiap bulan. Itu tanpa bujet bakar uang yang besar. Tahun dapat secara bisnis diharapkan tumbuh setidaknya dua kali lipat,” jelas Edward.

Baca Juga: Punya fitur Paylater, pengguna Gopay naik 14 kali lipat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×