Reporter: Christine Novita Nababan, Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Membaiknya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dana Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). "Pengaruh kenaikan IHSG terhadap dana kelolaan tidak signifikan," jelas Ricky Samsico, Kepada Bidang Humas Asosiasi DPLK kepada KONTAN, Selasa (18/3).
Maklum, portofolio industri DPLK di bursa saham terbilang mini. Lihat saja DPLK Bank BNI. Hingga Februari 2014 lalu, dana kelolaan DPLK dengan merek Simponi ini mencapai Rp 8,6 triliun. Angka tersebut cuma beringsut tipis, sekitar 2,38% dibandingkan dengan dana kelolaan di Desember 2013 yang sebesar Rp 8,4 triliun.
Pengelola DPLK BNI menargetkan, dana kelolaan tahun ini bisa naik sebesar Rp 2 triliun atau menjadi 10,4 triliun. Menurut Manajer DPLK BNI, Sudjatmoko, dana kelolaan di DPLK BNI banyak ditempatkan di instrumen fixed income, seperti obligasi dan deposito. Kalaupun masuk ke instrumen pasar modal, dana tersebut nongkrong di keranjang reksadana saham.
Mayoritas dana kelolaan ditempatkan ke deposito, yaitu mencapai 64,5%. Sedangkan obligasi sekitar 34,8% dan sisanya ke reksadana saham. Padahal menurut Manajer Investasi DPLK BNI, Edwin Hendrawan, imbal hasil dari instrumen reksadana saham mencatatkan kenaikan yang cukup tinggi.
Tercatat hingga Februari 2014, imbal hasil instrumen investasi di reksadana dalam periode satu tahun mencapai sekitar 37,08%. Sedangkan imbal hasil obligasi mencapai 9,33% dan imbal hasil deposito sekitar 9,8%.
Edwin melanjutkan, penempatan portofolio investasi selama ini selalu disesuaikan dengan pilihan peserta. "Dana kelolaan DPLK BNI sebagian besar memang ditempatkan di deposito, mungkin karena sebagai peserta masih konservatif," tambahnya.
Mengenai kemungkinan adanya perubahan portofolio melihat kondisi indeks saham yang bagus, Edwin bilang, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi. Tapi semua itu tergantung pada peserta DPLK sendiri.
Ada peserta yang mengubah portofolio mereka, tapi sebagian besar belum mengubah portofolio. "Karena kebanyakan peserta berasal dari perusahaan BUMN yang dalam portofolio investasi masih konservatif," ujar Edwin.
Peningkatan portofolio
Hal berbeda justru dirasakan dana pensiun pemberi kerja. Gatut Subadio, Ketua Umum Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), malah optimistis pertumbuhan dana kelolaan di kuartal 1 bakal menyentuh angka Rp 170 triliun. Pencapaian ini 11%, lebih tinggi ketimbang perkiraan awal yang hanya 10% saja.
Kenaikan IHSG pada akhirnya meningkatkan penempatan dana kelolaan peserta ke instrumen saham. Awalnya hanya 16%-17% saja dari total dana kelolaan industri yang bermain di saham, tapi kini industri meletakkan 19% dana ke instrumen saham.
Menurut Gatut, tren IHSG masih akan naik. Begitu juga yield obligasi "Karena itu menurut saya, para pelaku industri belum perlu menggeser portofolio mereka, biarkan saja market value naik," terang Gatut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News