kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Era QR code datang, bisakah uang elektronik berbasis kartu tetap eksis?


Selasa, 27 Agustus 2019 / 20:09 WIB
Era QR code datang, bisakah uang elektronik berbasis kartu tetap eksis?
ILUSTRASI. Top-Up Saldo E-Money


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masa depan uang elektronik berbasis kartu diperkirakan masih tetap ada meskipun kehadiran sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) code menawarkan transaksi yang jauh lebih mudah.

Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi misalnya mengatakan, uang elektronik berbasis kartu dan layanan pembayaran QR code akan hadir secara bersama-sama menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi non tunai dengan lebih mudah.

Baca Juga: Bank pelat merah menggali potensi bisnis dari pemindahan ibu kota

"Kami melihat ini (uang elektronik kartu dan platform) sebagai produk co-exist yang saling melengkapi untuk meningkatkan gerakan non tunai di Indonesia," kata Thomas pada Kontan.co.id, Selasa (27/8).

Oleh karena itu, Bank Mandiri masih akan tetap berupaya untuk mendorong transaksi lewat uang elektronik. Caranya, perseroan meningkatkan kemudahan top up e-Money secara online melalui kerja sama dengan merchant-merchant online seperti Tokopedia, Shopee, Bukalapak dan Blibli yang telah berjalan.

Selanjutnya, fitur top up tersebut akan diperluas ke LinkAja yang akan segera diimplementasikan dalam waktu dekat

Hingga Juli, jumlah kartu e-Money yang telah beredar telah mencapai 19 juta kartu dan sampai akhir tahun ditargetkan bisa mencapai 22 juta. Adapun transaksi kartu ini dalam periode tujuh bulan pertama tersebut telah mencapai 670 juta dengan nilai Rp 9,4 triliun atau naik 17% secara year on year (yoy).

Baca Juga: RUPSLB empat bank BUMN dipastikan ada perubahan susunan pengurus

Hingga akhir tahun, transaksi e-Money ditargetkan mencapai 1,3 miliar. Meskipun transaksi uang elektronik ini terus meningkat namun kontribusinya terhadap fee based income perseroan belum terlalu signifikan karena tujuannya lebih sebagai layanan kepada nasabah saja.

Pendapatan fee Bank Mandiri dari kartu ini didapat dari penjualan e-Money maupun biaya administrasi top up e-Money melalui berbagai merchant yang bekerja sama.

Sementara PT Bank Central Asia Tbk belum bisa memperkirakan seperti apa masa depan uang berbasis kartu ini ke depan. Hanya saja, perseroan melihat penggunaan Flazz saat ini masih sangat tinggi terutama untuk pembayaran di sektor transportasi.

Baca Juga: BCA mengerem kredit valas, kenapa?

"Kalau ke depan, masih perlu dilihat perkembangannya. BCA akan senantiasa mengikuti perkembangan kebutuhan nasabah dan berfokus untuk menyediakan produk dan layanan yang sesuai dengan setiap kebutuhan nasabah." kata Jan Hendra, Sekretaris Perusahaan BCA

Hingga Juni 2019, jumlah kartu Flazz beredar sudah 14 juta dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,9 triliun. Sedangkan volume transaksinya telah mencapai 241 juta transaksi atau meningkat 49% yoy.

Kontribusi fee based income dari kartu Flazz per Juni 2019 tumbuh hampir 30% yoy dimana sumber terbesar berasal dari penggunaan untuk jalan tol dan transportasi umum.

Baca Juga: LinkAja syariah siap meluncur bulan November nanti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×