kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fee based income bank melaju kencang di paruh pertama


Rabu, 31 Juli 2019 / 18:24 WIB
Fee based income bank melaju kencang di paruh pertama


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pendapatan berbasis komisi atau fee based income (FBI) menjadi salah satu penopang pertumbuhan kinerja perbankan sepanjang paruh pertama 2019 di tengah tren penurunan margin bunga bersih. 

Sejumlah bank besar masih meyakini pertumbuhan pendapatan komisi masih akan berlanjut di semester kedua ini. Untuk mendorong pertumbuhan tersebut, masing-masing telah menyiapkan strategi di berbagai segmen bisnis.

Baca Juga: Laba Maybank turun 18,86%, ini penyebabnya

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)  misalnya berhasil mencatatkan FBI sebesar Rp 5,37 triliun sepanjang enam bulan pertama 2019 atau tumbuh 11,6% secara year on year (yoy). Itu ditopang oleh recurring fee/komisi berulang. 

Pertumbuhan pendapatan komisi tertinggi berasal dari kredit sindikasi yang melonjak 76,5% menjadi Rp 189 miliar. Namun, segmen ini ada hanya berada di posisi ke delapan sebagai penyumbang tertinggi fee based income.

Disusul dengan komisi dari pemeliharaan kartu debit yang naik 65,3% jadi Rp 215 miliar dan fee pensiun fund tumbuh 31,5% jadi Rp 100 miliar.

Kontribusi terbesar pendapatan komisi BNI masih disumbang dari account maintenance sebesar Rp 92 miliar atau tumbuh 11,3%, diikuti bisnis kartu yang tumbuh 12,9% jadi Rp 792 miliar, ATM tumbuh 19,5% menjadi Rp 614 miliar.

Baca Juga: Laba bersih turun per Juni, Bank BJB optimistis kinerja membaik di semester II-2019

Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, pihaknya akan mendorong pertumbuhan fee based income tumbuh double digit di paruh kedua ini seiring dengan target penyaluran kredit yang diharapkan tumbuh 13%-15%.

"Jika kredit bisa tumbuh sesuai rencana, hal itu membuka kans kenaikan dari FBI yang bersumber dari pengelolaan rekening, fee dan komisi dari transaksional perbankan, garansi bank, forex gain, wealth management, dan recovery atas remedial kredit," katanya pada Kontan.co.id, Rabu (31/7).

PT Bank Central Asia Tbk optimis pendapatan komisi masih akan mengalami pertumbuhan seiring dengan target jumlah transaksi pada jaringan elektronik diharapkan naik.

Per Juni 2019, bank bersandi BBCA ini mencatatkan pertumbuhan pendapatan komisi sekitar 17,7% yoy. Sumber utama yang mendukung pertumbuhan tersebut berasal dari hal-hal yang berhubungan dengan CASA, transaksi, dan proses kredit.

Baca Juga: Laba Bersih Bank BNI Hanya Tumbuh Tipis

"Itu terjadi karena ada peningkatan jumlah account serta transaksi." kata Jan Hendra Sekretaris Perusahaan BCA.

Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) berhasil mencatatkan pendapatan operasional selain bunga tumbuh 12,43% (yoy). Hingga akhir tahun, bank ini menargetkan pendapatan komisi itu bisa tumbuh di atas 15%.

Menurut Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso, pendapatan layanan dan administrasi masih menjadi penopang pendapatan tersebut.

Oleh karena itu, BTN akan mengeluarkan produk dan aktivitas baru dalam mendukung pertumbuhan pendapatan non bunga pada paruh kedua ini diantaranya produk kredit baru, produk pendanaan baru, aktivitas terkait e-channel dan aktivitas terkait bisnis wealth management. 

Baca Juga: Semester I-2019, bisnis remitansi bank BUMN tumbuh cemerlang

Sedikit berbeda dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pada paruh pertama perseroan justru mengalami penurunan pendapatan komisi sebesar 3,3% yoy.

Panji Irawan, Direktur Keuangan bank ini menjelaskan, penurunan terjadi karena tahun lalu pertumbuhannya cukup besar dengan adanya pendapatan komisi non recurring atas klaim pajak perseroan dikabulkan Mahkamah Agung.

"Apabila non-recurring FBI itu dikecualikan, maka sejatinya FBI tumbuh positif 5,5%. Adapun komponen FBI lain yang turun adalah keuntungan surat berharga karena tren suku bunga di smester I 2019 datar sehingga belum in favor of bonds portfolio." jelas Panji.

Baca Juga: Dorong fee based, BTN targetkan laba bersih Rp 2,6 triliun tahun ini

Hingga akhir tahun, Bank Mandiri memprediksi bisa membukukan FBI tumbuh sekitar 7%-9% sejalan dengan terus meningkatnya frekuensi dan volume/size transaksi produk serta layanan perseroan.

Panji memperkirakan potensi pertumbuhan FBI akan berasal dari provisi serta komisi kredit sindikasi dan layanan Cash Management. Perseroan melihat, permintaan kredit sindikasi di semester II ini juga masih signifikan seiring berlanjutnya pembangunan infrastruktur.

"Turunnya suku bunga akan membuat pasar surat berharga jadi bergairah sehingga potensi FBI transaksi dari semakin prospektif." tandasnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×