kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,35   -3,67   -0.41%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara siapkan PSAK 71, laba BTN di 2019 dipastikan lebih rendah dari tahun lalu


Kamis, 28 November 2019 / 17:05 WIB
Gara-gara siapkan PSAK 71, laba BTN di 2019 dipastikan lebih rendah dari tahun lalu
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Kantor Cabang Bank Tabungan Negara (BTN), Bekasi, Jawa Barat, Jumat (1/10). BTN sebut laba bersih di penghujung tahun 2019 ini bakal lebih rendah dibandingkan periode tahun 2018 lalu untuk persiapan PSAK 71. KONTAN/Baihaki/1/10/10


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) mengatakan laba bersih di penghujung tahun 2019 ini bakal lebih rendah dibandingkan periode tahun 2018 lalu.

Direktur Finance, Strategy and Tresury BTN Nixon L.P Napitupulu menjelaskan hal tersebut lebih disebabkan oleh adanya pengalihan dana hasil laba bersih untuk biaya pencadangan.

Baca Juga: Bank swasta BUKU IV kompak pasang target pertumbuhan kredit satu digit di 2020

Langkah tersebut merupakan salah satu upaya perseroan untuk memenuhi aturan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 di tahun 2020 mendatang.

Menurut hitung-hitungan Nixon, setidaknya pihaknya sudah mengambil sebagian laba bersih di kuartal III 2019 sebanyak Rp 3 triliun sebagai biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

"Jadi kalau laba kami Rp 1 triliun, bisa dihitung sendiri sebenarnya laba kami berapa. Karena memang semuanya dialokasikan ke sana (cadangan)," terang Nixon di Jakarta, Rabu (28/11).

Baca Juga: Lippo lepas 70% kepemilikan sahamnya, OVO jelaskan duduk perkaranya

Lebih lanjut, Nixon mengatakan berdasarkan kalkulasi perseroan setidaknya perseroan membutuhkan biaya pencadangan sebesar Rp 11 triliun secara total. Ini artinya, masih akan ada lagi pengalihan dana dari laba bersih yang dipakai oleh perseroan.

Pun, sampai sejauh ini perseroan baru memupuk pencadangan sekitar Rp 3,8 triliun. "Tahun ini kami sudah bentuk, sekitar Rp 4,5 triliun dari laba di tahan," sambungnya.

Menurutnya, pembentukan pencadangan tersebut memang memakan biaya cukup besar. Hanya saja, bila seluruh biaya telah terpenuhi maka nantinya rasio pencadangan atau coverage ratio BTN bisa menembus 127%.

Dus, dengan menyentuh angka tersebut, maka BTN akan lebih santai untuk menyalurkan kredit sekaligus mempermudah upaya penyelamatan kredit.

Baca Juga: CNAF targetkan pembiayaan dan laba tumbuh 30% pada tahun depan

Meski harus menggerus laba di tahun 2019, Nixon tetap optimis tahun depan laba bersih BTN bisa mencapai Rp 3 triliun. "Kalau sudah terpenuhi semua pencadangannya, sudah bisa nyaman. Bisa tidur nyenyak," sambungnya.

Adapun, sampai akhir tahun 2019 ini coverage ratio BTN kemungkinan baru akan sebesar 76%. Seluruh rencana penambahan biaya pencadangan tersebut menurutnya sudah diketahui dan disetujui oleh pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×