Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut, untuk menggenjot pertumbuhan pembiayaan produktif fintech peer-to-peer (P2P) lending di tahun ini, salah satu strateginya adalah dengan mendorong pembiayaan di luar Jawa.
Hal itu juga dimaksudkan untuk mendorong porsi pembiayaan produktif sesuai roadmap pengembangan dan penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) periode 2023–2028, yang mana harus 40%-50% pada 2025-2026.
Menanggapi hal ini, fintech P2P lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) menyatakan akan terus meningkatkan penyaluran pembiayaan di luar Jawa.
Adapun porsi penyaluran pembiayaan Amartha di luar Jawa saat ini sudah mencapai lebih dari 60% terhadap total pembiayaan.
“Hal tersebut didukung oleh pendekatan sistem risk management Amartha berbasis artificial intelligence (AI) yang dipadukan dengan pendampingan SDM terlatih di lapangan,” kata VP Public Relations Amartha Harumi Supit kepada Kontan, Selasa (4/3).
Baca Juga: Fintech Kerja Keras Genjot Pembiayaan di Luar Jawa
Harumi menerangkan, pemerataan akses keuangan ini sejalan dengan arahan dari OJK, yang mendorong fintech untuk menyalurkan akses keuangan ke luar pulau Jawa. Ia menambahkan, Amartha juga telah dipercaya oleh lebih dari 30 institusi keuangan seperti perbankan dalam menyalurkan permodalan ke luar pulau Jawa.
“Apalagi sampai saat ini kami melihat kebutuhan pelaku mikro luar pulau masih sangat besar untuk modal kerja,” imbuhnya.
Ia bilang, Amartha telah beroperasi di 19 provinsi Indonesia, meliputi luar Jawa seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, hingga Kalimantan.
Adapun total pembiayaan Amartha secara kumulatif saat ini lebih dari Rp 23 triliun, dan disalurkan kepada lebih dari 2,7 juta UMKM.
Selaras dengan hal ini, PT Sahabat Mikro Fintek (Samir) menyampaikan peluang pembiayaan produktif di luar Jawa memiliki potensi yang cukup besar.
“Kita lihat umpamanya di sektor perikanan, perkebunan, perdagangan, dan ekonomi kreatif. Potensi ini didukung oleh pertumbuhan UMKM tiap tahunnya yang akan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pada gilirannya, pertumbuhan tersebut membutuhkan akses permodalan yang masih tinggi,” kata CEO Samir, Yonathan Gautama kepda Kontan, Selasa (4/3).
Namun, Yonathan bilang, tantangan utama dalam menyalurkan pembiayaan atau pinjaman di luar Jawa meliputi keterbatasan infrastruktur, tingkat literasi keuangan yang masih rendah, serta akses ke data kredit yang terbatas, sehingga memerlukan strategi khusus dalam mitigasi risiko.
Untik itu, Samir menerapkan beberapa strategi untuk meningkatkan pembiayaan produktif di luar Jawa. Antara lain kemitraan strategis dengan bank untuk memperluas akses pendanaan, penggunaan teknologi AI dan machine learning untuk meningkatkan akurasi credit scoring dan mempercepat proses pengajuan pinjaman.
“Kemudian kami juga melakukan edukasi dan literasi keuangan bagi pengguna agar mereka lebih siap mengakses pembiayaan digital,” ungkapnya.
Baca Juga: Strategi Fintech Lending Sektor Produktif Tekan TWP90 Agar Tak Membengkak
Lebih jauh lagi, Yonathan menyebutkan, dari Februari 2024 - Februari 2025, Samir telah menyalurkan lebih dari Rp 350 miliar atau sekitar 26% dari total penyaluran dalam bentuk pendanaan ke sektor UMKM.
“Maka kami juga optimis bahwa pendanaan ke sektor UMKM dapat terus bertumbuh di tahun ini,” imbuhnya
Selanjutnya: TSMC Akan Berinvestasi Cip US$ 100 Miliar di Amerika Serikat
Menarik Dibaca: Selebgram Aghnia & Stefany Talita Luncurkan Eze Nails, Koleksi Kuku Tempel Premium
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News