Reporter: Nadya Zahira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah saham beberapa hari terakhir anjlok, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melorot 214,85 poin atau 3,31% ke 6.270,59 di akhir perdagangan Februari, Jumat (28/2). Dalam sepekan terakhir, IHSG melemah 7,83%.
Selain itu, arus dana keluar juga terus meningkat. Hal ini dinilai akan berdampak pada produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unitlink di instrumen saham.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat asuransi Irvan Rahardjo memprediksi bahwa kinerja produk unitlink pada 2025, tidak akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini utamanya karena kinerja bursa saham yang terus merosot di awal tahun ini.
“Terutama dari saham-saham big caps seperti saham-saham bank yang terus merosot dalam beberapa hari ini, bangka angkanya paling rendah sejak sebelum Covid-19,” kata Irvan kepada Kontan, Senin (3//3).
Irvan menilai, dengan merosotnya IHSG dan arus dana yang terus keluar, maka nasabah atau masyarakat sebaiknya tidak mendiversikasikan produk unitlink di instrumen saham, namun segera beralih ke instrumen investasi yang lebih aman seperti pendapatan tetap yang meliputi, depositu dan obiligasi atau Surat Utang Negara (SUN).
Baca Juga: Pamor Produk Unitlink Semakin Meredup, AAJI Tetap Optimistis
“Karena unitlink pendapatan tetap dan pasar uang masih membukukan pertumbuhan lebih baik daripada unitlink saham,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Irvan menyebutkan penyebab investasi saham anjlok karena kinerja bursa saham terus merosot akibat aksi jual asing yang terus berlangsung terutama pada saham-saham perbankan big caps dan ketidakstabilan geopolitik imbas kebijakan proteksionisme Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang melemahkan mata uang rupiah.
“Termasuk inisiatif-inisiatif strategis pemerintah seperti Danantara yang tidak mampu mengangkat sentimen pasar, bahkan disambut dengan sikap skeptis publik,” kata Irvan.
Untuk itu, Irvan menyebutkan strategi yang bisa dilakukan perusahaan asuransi jiwa agar kinerja produk unitlink tetap terjaga di tahun ini antara lain seperti, penyesuaian biaya dan peningkatan fleksibilitas investasi, hal ini diprediksi dapat meningkatkan daya tarik produk unitlink.
Baca Juga: Klaim Penebusan Unitlink Berpotensi Naik Jelang Ramadan dan Lebaran
Kemudian, melakukan edukasi kepada konsumen atau nasabah, agar pemahaman masyarakat terhadap manfaat dan risiko unitlink semakin baik lagi ke depannya.
Sementara itu, Irvan menyebutkan, kontribusi produk unitlink sepanjang tahun 2024 masih cukup besar yakni sebanyak 40,5% terhadap total pendapatan premi industri asuransi jiwa.
Di sisi lain, premi dari produk asuransi tradisional tumbuh pesat, mencapai Rp 110,36 triliun sepanjang 2024. Angka ini tumbuh sebesar 18,7% secara year on year (YoY). Asuransi tradisional semakin mendominasi pasar dengan kontribusi sebesar 59,5% terhadap total.
“Dengan begitu, saya melihat kinerja produk unitlink di tahun ini akan merosot dibanding tahun 2024, yang masih mencatat pertumbuhan meskipun porsinya semakin menurun dibandingkan dengan produk tradisional,” tandasnya.
Baca Juga: Unitlink Masih Tertekan, Pendapatan Premi Capai Rp 75,03 Triliun pada 2024
Selanjutnya: Bahlil: Proyek DME Pengganti LPG Berlanjut, Salah Satu Modalnya dari Danantara
Menarik Dibaca: Simak Inisiatif Vinilon Group dalam Mendukung Keberlanjutan Lingkungan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News