kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.684.000   -8.000   -0,47%
  • USD/IDR 16.402   2,00   0,01%
  • IDX 6.646   113,79   1,74%
  • KOMPAS100 990   21,69   2,24%
  • LQ45 776   14,22   1,87%
  • ISSI 203   3,92   1,97%
  • IDX30 401   6,72   1,70%
  • IDXHIDIV20 483   8,87   1,87%
  • IDX80 112   2,06   1,87%
  • IDXV30 117   1,19   1,03%
  • IDXQ30 133   2,24   1,72%

IdScore: Bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) Merekah, Portofolio Kredit Rp 35,64 Triliun


Rabu, 12 Februari 2025 / 17:29 WIB
IdScore: Bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) Merekah, Portofolio Kredit Rp 35,64 Triliun
ILUSTRASI. Nasabah menggunakan aplikasi paylater di Tangerang Selatan, Kamis (19/1/2023). Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengisyaratkan bisnis paylater lebih terjamin dibandingkan cash loan seperti pinjaman online alias pinjol. Paylater dianggap lebih terjamin karena data penggunanya sudah terlebih dahulu diverifikasi sebelum menggunakan layanan tersebut. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) mencatat bahwa bisnis Buy Now Pay Later (BNPL) terus mengalami pertumbuhan signifikan.

Hingga Desember 2024, portofolio kredit BNPL mencapai Rp 35,64 triliun, meningkat 24,83% secara tahunan (YoY).

Baca Juga: Pembiayaan Paylater Multifinance Kian Meningkat, Pengamat: Imbas Kesenjangan Kredit

Direktur Utama IdScore Tan Glant Saputrahadi mengungkapkan bahwa total fasilitas kredit BNPL mencapai 48,4 juta, dengan jumlah debitur sebanyak 16.982.971, naik 26,14% YoY.

"Sedangkan untuk total debitur per Desember 2024, angkanya itu mencapai hingga 16.982.971 atau naik 26,14% secara YoY," kata Glant saat dihubungi Kontan, Rabu (12/2).

Selain pertumbuhan bisnis, Non-Performing Loan (NPL) sektor BNPL juga menunjukkan perbaikan.

Pada Desember 2024, NPL BNPL turun menjadi 3,75%, dibandingkan 5,42% pada Desember 2023.

Baca Juga: Pembiayaan BNPL Tumbuh 37% 2024, Begini Prospeknya di 2025

Menurut Glant, penurunan NPL ini didorong oleh beberapa faktor, antara lain:

  • Masuknya bank umum ke industri BNPL, yang memiliki pengelolaan kredit lebih baik.
  • Peningkatan kualitas kredit LPBBTI (Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi) melalui skema loan channelling dari bank.
  • Penyelesaian kredit macet BNPL di LPBBTI, yang turun dari Rp 1,26 triliun menjadi Rp 0,55 triliun.
  • Regulasi yang lebih ketat, seperti pembatasan usia minimum, status pernikahan, dan penghasilan minimum.
  • Meningkatnya kesadaran pengguna terhadap risiko kredit PayLater.

"Penurunan NPL pada BNPL terjadi karena masuknya bank umum ke industri ini. Bank memiliki pengelolaan kredit yang lebih baik dan data transaksi yang lebih lengkap," jelas Glant.

Baca Juga: Tren Buy Now Pay Later (BNPL) Menguat, Repayment LinkAja Tumbuh 30% pada 2024

"Selain itu, penyelesaian kredit macet di LPBBTI juga cukup signifikan, dari Rp 1,26 triliun menjadi Rp 0,55 triliun," tambahnya.

Glant menilai BNPL semakin diterima dan diintegrasikan dalam layanan perbankan konvensional.

Faktor utama pertumbuhan BNPL di Indonesia meliputi: Fleksibilitas dan kenyamanan dalam bertransaksi, promo menarik yang terus ditawarkan, proses persetujuan instan (instant approval), UI/UX yang relevan dengan generasi muda, dan Integrasi dengan e-commerce dan merchant online.

Baca Juga: Paylater Perbankan dan Multifinance Diprediksi Bertumbuh pada 2025

"Bisnis BNPL saat ini semakin diterima dan bahkan mulai terintegrasi dengan layanan perbankan konvensional," ujar Glant.

Dengan tren positif ini, IdScore memproyeksikan bisnis BNPL akan tumbuh 30% di 2025, mencapai sekitar Rp 36,43 triliun.

Selanjutnya: IWPI Temukan 3 Masalah Baru Jika Dua Sistem Pajak Jalan Bersamaan

Menarik Dibaca: Cek Harga Emas ANTAM dan Beli Lewat Aplikasi Ini! Dijamin Aman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×