kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Incar Pertumbuhan DPK, Persaingan Bunga Simpanan Bank Digital Tetap Sengit


Rabu, 23 Agustus 2023 / 16:20 WIB
Incar Pertumbuhan DPK, Persaingan Bunga Simpanan Bank Digital Tetap Sengit
ILUSTRASI. Aktivitas nasabah?pada kantor cabang AlloBank ci Jakarta, Jumat (10/3). KONTAN/Carolus Agus Waluyo/10/03/2023.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat persaingan bank digital untuk menghimpun dana pihak ketiga (DPK) semakin ketat, berbagai strategi dilakukan oleh beberapa pemain. Salah satu strategi yang menjadi andalan adalah memberikan bunga simpanan atau deposito yang tinggi.

Bahkan, beberapa bank digital menetapkan bunga simpanannya di atas batasan bunga yang dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Adapun, saat ini tingkat bunga penjaminan LPS ada di level 4,25% untuk kategori bank umum.

Digital Banking Head Bank BTPN Irwan Tisnabudi menyadari bahwa Jenius yang dimiliki Bank BTPN juga masih menawarkan bunga deposito yang tinggi. Namun, ia menegaskan bahwa pihaknya tetap transparan terhadap nasabah bahwa bunga tersebut di atas yang dijamin oleh LPS.

“Kalau kita gak juga memberikan sesuatu yang atraktif, duitnya pasti akan lari ke sana (bank konvensional),” ujar Irwan, selasa (23/8).

Baca Juga: Take Over KPR Suku Bunga Kompetitif, Melalui STAR Mortgage Bank KB Bukopin

Meski demikian, Iwan menegaskan bahwa tidak semerta-merta pihaknya hanya bersaing untuk memberikan bunga yang tinggi. Sebab, ia melihat masih banyak bank-bank digital lain yang memberikan bunga simpanannya mencapai 7% atau bahkan 8%.

Tak hanya itu, ia berpendapat bahwa jika bank digital hanya bersaing lewat bunga maka bisa berdampak pada bisnis yang berkelanjutan. Alasannya, jika bunganya turun maka nasabah nanti bisa pergi juga.

Ia menyebutkan saat ini bunga simpanan paling tinggi yang ditawarkan oleh Jenius ada sekitar 5,75%. Menurutnya, dengan bunga tersebut, DPK dari Jenius juga masih terus tumbuh.

“Bunganya itu dikasih ke depan, misal kalau ada nasabah yang taruh deposito gitu 12 tahun, bunganya sudah didapat di awal,” ujarnya.

Sebagai informasi, hingga akhir Juni 2023, DPK yang dikelola Jenius ada sebesar Rp 24,7 triliun. Angka tersebut masih mengalami peningkatan sekitar 43% secara tahunan.

Sementara itu, Allo Bank baru-baru ini juga merilis produk tabungan terbarunya bernama Allo Grow. Salah satu yang diunggulkan dalam produk tersebut adalah imbal hasil yang tinggi.

Produk tersebut memberikan kesempatan bagi nasabahnya untuk memperoleh suku bunga tinggi hingga mencapai 6,5% per tahun. Adapun, saldo awal minimalnya hanya sebesar Rp 500.000.

Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo bilang produk tersebut diciptakan memang untuk memberi kesempatan kepada nasabah agar bisa mendapatkan imbal hasil yang optimal. Namun, tetap fleksibel.

Baca Juga: Investasi Melejit, Dana Kelolaan BCA Capai Rp 170 Triliun pada Juli 2023

“kami akan terus mengembangkan value proposition untuk produk ini termasuk kemungkinan ada program cashback bagi nasabah yang mempertahankan saldo dalam jangka waktu tertentu,” ujar Utoyo.

Sebagai informasi, total DPK Allo Bank hingga periode Juni 2023 tercatat sebesar Rp 4,84 triliun. Angka tersebut mengalami pertumbuhan dari awal tahun senilai Rp 4,41 triliun.

Selain kedua bank tersebut, ada juga beberapa bank digital lainnya yang menawarkan bunga tinggi untuk simpanan depositonya. Misal, Seabank yang menawarkan bunga deposito mencapai 6% per tahun dengan tenor 6 bulan.

Adapun, DPK dari bank milik Sea Group tersebut juga mengalami peningkatan signifikan hingga 61,5% secara tahunan per Mei 2023. Jumlah DPK nya mencapai Rp 24,51 triliun.

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengungkapkan bahwa sejatinya strategi bank digital untuk menawarkan bunga tinggi masih menjadi cara jitu untuk meraup DPK dari nasabah.

“Buat beberapa bank jika tidak menawarkan itu mungkin nggak bisa dapatkan DPK dari masyarakat,” ujar Budi.

Alhasil, dengan bunga yang tinggi, Budi melihat bahwa pada akhirnya bank-bank digital ini juga menawarkan bunga kredit yang tinggi. Agar, tetap ada keuntungan yang didapat dari sisi net interest margin (NIM).

Sementara itu, Budi juga melihat bahwa nasabah saat ini tak terlalu mengkhawatirkan bunga simpanan tinggi yang ditawarkan bank digital berisiko tidak dijamin LPS. Sebab, nasabah menilai bank-bank digital ini memiliki ekuitas yang tinggi pula.

“Kalau seperti BPR yang kecil mungkin masyarakat khawatir,” ujarnya.

Namun, Budi mengingatkan agar bank-bank digital ini tidak hanya mengandalkan bunga simpanan yang tinggi saja. Menurutnya, esensi dari bank digital seharusnya lebih mencari keuntungan dari fee based income dengan ekosistem yang dimiliki.

“Kalau cuma mengandalkan NIM, akan begitu-gitu saja tidak bisa mengungguli bank konvensional yang sudah besar,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×