Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
Di sisi lain, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menerangkan produk tradisional masih mendominasi pendapatan premi industri asuransi jiwa pada 2023.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu menyampaikan berdasarkan data full year 2023, produk tradisional mengambil porsi 52% atau Rp 92,33 triliun, sedangkan unitlink 48% atau Rp 85,33 triliun.
"Kami melihat hal itu sebagai gambaran bahwa pemahaman dan kesadaran akan kebutuhan produk asuransi di masyarakat makin membaik," tuturnya.
Togar mengatakan secara umum, total pendapatan premi pada akhir 2023 sebesar Rp 219,70 triliun. Nilai itu turun tipis 2%, jika dibandingkan total pendapatan 2022.
Togar menyebut peningkatan produk tradisional merupakan indikator keberhasilan penetrasi dan literasi asuransi jiwa. Apabila masyarakat menginginkan produk asuransi dengan manfaat dan klaim yang pasti, tentu dapat memilih produk asuransi tradisional.
"Jika menginginkan fleksibilitas terkait klaim dan manfaat asuransi, masyarakat bisa menggunakan unitlink," katanya.
Dengan semangat transformasi dan kolaborasi, Togar menyatakan AAJI terus mendorong perusahaan asuransi jiwa untuk terus mengembangkan setiap produknya, baik produk tradisional maupun unitlink. Sebab, kedua produk memiliki keunggulan sesuai dengan kebutuhan profil nasabah yang berbeda.
Mengenai prospek, Togar mengatakan premi industri asuransi jiwa diperkirakan rebound setelah penyesuaian produk unitlink mengikuti regulasi terbaru, yaitu SEOJK Nomor 5 Tahun 2022.
"Pertumbuhan unitlink dan tradisional diharapkan berimbang pada 2024 agar dapat mendorong pertumbuhan industri asuransi jiwa makin baik," kata Togar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News