Reporter: Ferry Saputra | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat industri fintech peer to peer (P2P) lending mengalami kerugian per Februari 2024 sebesar Rp 97,56 miliar.
Adapun kondisi itu berbanding terbalik dengan Februari 2023, industri fintech P2P lending tercatat meraih laba Rp 98,25 miliar. Jika menelaah berdasarkan data OJK, kerugian mulai dialami industri fintech P2P lending per Januari 2024. Adapun sepanjang tahun lalu, industri fintech P2P lending selalu mencatatkan laba.
Mengenai hal itu, Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) membeberkan 3 faktor yang menyebabkan kondisi tersebut bisa terjadi. Direktur Eksekutif AFPI Yasmine Meylia Sembiring menerangkan faktor yang pertama, yakni adanya aturan baru terkait penurunan bunga yang dimulai pada Januari 2024.
"Diketahui akhir tahun lalu sekitar Oktober, OJK mengeluarkan SEOJK baru (Nomor 19/SEOJK.06/2023) mengenai penurunan bunga, yakni konsumtif menjadi 0,3% dari 0,4% dan produktif menjadi 0,1%. Jadi, itu bisa menggambarkan kondisi, biasanya growth-nya tinggi dan kali ini berkurang karena manfaat ekonomi," katanya dalam konferensi pers di kawasan Jakarta Selatan, Senin (29/4).
Baca Juga: Laba Anjlok 41,37% pada 2023, Ini Penjelasan Akulaku Finance Indonesia
Selain itu, Yasmine bilang aturan repayment capacity juga menjadi salah satu faktor. Dia bilang fintech lending harus menerapkan aturan baru itu pada tahun ini. Adapun jumlah maksimum yang boleh dipinjam borrower hanya 50% dari penghasilan.
Yasmine menerangkan faktor lainnya, yaitu aturan baru tentang borrower yang hanya bisa meminjam ke 3 platform fintech lending saja.
"Jadi, ruang tumbuh juga terhambat. Tiga faktor itu yang berpengaruh," ungkapnya.
Meskipun demikian, Yasmin meyakini kondisi tersebut hanya dialami sementara saja oleh industri fintech lending. Dia juga optimistis nantinya platform fintech lending pasti bisa memperbesar portofolionya lagi dengan strategi masing-masing dan membalikkan keadaan.
Sementara itu, fintech peer to peer lending Modalku menyampaikan perusahaan belum mencatatkan laba. Meskipun demikian, Country Head Modalku Indonesia Arthur Adisusanto mengatakan pihaknya optimistis bisa mencatatkan pertumbuhan yang positif tahun ini.
"Walaupun belum mencatatkan laba, profitabilitas tetap menjadi fokus utama kami dan optimis akan mencatat pertumbuhan yang positif," ungkapnya kepada Kontan, Kamis (2/5).
Arthur tak memungkiri 2023 merupakan tahun yang cukup menantang untuk Modalku. Dia bilang pihaknya akan tetap menerapkan penyaluran dana yang selektif kepada UMKM dengan potensi bertumbuh yang positif, disertai dengan penilaian kredit yang komprehensif untuk menjaga portofolio pendanaan tetap sehat.
Arthur juga menyampaikan Modalku tetap berkomitmen untuk memperkuat fondasi dan strategi bisnis pada tahun ini. Dia menyebut tidak hanya dari sisi pengembangan alternatif produk yang dibutuhkan bagi UMKM, tetapi juga dengan mengelola alokasi pengeluaran perusahaan dengan bijaksana demi efisiensi yang maksimal.
Baca Juga: Industri Fintech Lending Catatkan Rugi, Modalku Beberkan Kondisi Perusahaan
"Selain itu, kami juga menitikberatkan pada kesehatan keuangan perusahaan serta investasi dalam teknologi dan pengembangan sumber daya manusia," katanya.
Sepanjang 2023, Arthur menambahkan Modalku berhasil menekan beban operasional perusahaan sehingga bisa turun sekitar 31%, jika dibandingkan 2022. Hingga saat ini, dia mengatakan Grup Modalku telah menyalurkan pendanaan melebihi Rp 59 triliun kepada lebih dari 5,1 juta transaksi UMKM di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Adapun fintech lending Maucash mengklaim perusahaan mencatatkan kondisi dan perkembangan yang stabil di tengah industri yang mengalami rugi. Dengan kondisi tersebut, Direktur Marketing Maucash Indra Suryawan menyatakan pihaknya terus berusaha untuk bisa mengupayakan performance yang lebih baik lagi pada tahun ini.
"Perusahaan saat ini sudah dalam koridor dan jalan yang tepat untuk mewujudkan target yang sudah ditetapkan tahun ini. Kami berharap agar kondisi tersebut dapat terus dipertahankan dan bisa membuahkan hasil yang baik pada tahun ini maupun tahun-tahun berikutnya," katanya kepada Kontan, Kamis (2/5).
Untuk bisa meraih laba, Indra menerangkan pihaknya akan tetap menjalankan rencana bisnis dengan sebaik-baiknya seperti saat ini. Selain itu, terus adaptif dan melihat potensi maupun opportunity yang ada di pasar dengan segala upaya, kolaborasi, dan kerja sama.
"Kami berupaya untuk terus meningkatkan pelayanan kami agar menjadi yang terbaik untuk memuaskan customer. Kami yakin dengan memberikan pelayanan yang optimal dan prima bisa membangun hubungan yang baik dengan customer yang akhirnya membuat customer percaya kepada Maucash dan loyal," ungkapnya.
Menurut Indra, melalui cara tersebut, dapat meningkatkan transaksi di Maucash dan meningkatkan laba perusahaan. Sejak berdiri sampai saat ini, Indra menyebut Maucash telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 5 triliun. Adapun TKB90 perusahaan pada 2 Mei 2024 sebesar 95,6%.
Di sisi lain, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda menyampaikan salah satu penyebabnya memang adanya aturan baru terkait penurunan suku bunga dari 0,4% menjadi 0,3% untuk fintech lending sektor konsumtif dan 0,1% untuk fintech sektor produktif.
"Penurunan tersebut membuat laba pasti akan terkikis," ujarnya kepada Kontan, Kamis (2/5).
Nailul mengatakan dalam menurunkan biaya manfaat juga harus penuh pertimbangan. Dia bilang jangan sampai lender kabur gara-gara manfaat yang diterima berkurang tajam.
Oleh karena itu, Nailul berpendapat efek penurunan suku bunga harus diperhatikan secara proporsional oleh OJK. Berdasarkan hal tersebut, dia bilang OJK bisa mengambil keputusan untuk menurunkan kembali, menahan, atau menaikkan lagi suku bunga guna menjaga industri fintech lending.
"Saya rasa akan sulit untuk untung pada tahun ini," kata Nailul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News