Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan kendati diterpa ketidakpastian, setidaknya kemampuan perbankan untuk memitigasi risiko di tengah krisis Covid-19 sudah jauh lebih stabil dibanding krisis sebelumnya.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana menyebut, hal tersebut bisa tercermin dari rasio kecukupan modal atau (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang masih terjaga di level 21,77%.
Baca Juga: Catat, ini skema restrukturisasi kredit di Bank BRI selama masa pandemi
Pihaknya juga menambahkan, mayoritas CAR tersebut juga sebagian besar berada di tier 1. "Jadi sangat aman dari sisi buffer permodalan apabila bank menghadapi permasalahan," katanya dalam video conference di Jakarta, Jumat (15/5).
Lebih lanjut, regulator juga mengatakan rasio liquidity coverage ratio (LCR) perbankan secara rata-rata per Februari 2020 ada di level 212,3%. Sudah sangat jauh di atas standar basel 3 yakni 100%. Hal ini menandakan, dari sisi kesiapan likuiditas perbankan di Tanah Air sudah terbilang stabil.
Kendati demikian, Heru menegaskan walau kondisi terbilang stabil bukan berarti tidak ada risiko. Menurutnya, apabila pandemi Covid-19 terus berkelanjutan maka akan ada tiga risiko yang dihadapi perbankan.
Risiko pertama tentunya adalah risiko kredit. Singkatnya, menurut OJK hal ini disebabkan oleh sektor riil terutama segmen UMKM yang mulai kesulitan membayar kewajiban kreditnya kepada perbankan.
Baca Juga: Ini temuan Kemenkop UKM soal gagal bayar di KSP Indosurya dan Hanson Mitra Mandiri
Namun kabar baiknya, pemerintah dan OJK telah melakukan pemantauan secara intensif kepada perbankan. Di sisi lain, kemampuan perbankan untuk menganalisa risiko saat ini sudah terbilang baik.
Pun, ditambah pula dengan sederet kebijakan yang telah dikeluarkan OJK seperti Peraturan OJK Nomor 11 diharapkan mampu meringankan beban NPL perbankan.
Risiko kedua, antara lain risiko pasar yaitu perubahan aset lembaga jasa keuangan yang diakibatkan oleh yield instrumen keuangan dan pelemahan nilai tugas. "Ada risiko pasar karena memang akibat dari pelemahan yield instrumen keuangan, kemudian juga pelemahan nilai tukar, itu pasti akan terjadi juga risiko pasar," sebutnya.
Baca Juga: Bank Yudha Bhakti salurkan THR Rp 86,5 miliar ke nasabah pensiunan
Risiko ketiga, antara lain risiko likuiditas yang sangat mungkin mengetat apabila kondisi penyebaran virus Covid-19 terus berlanjut.
"Ke depan kita terus akan melakukan pemantauan day to day karena tekanan likuiditas, kalau nasabahnya tidak membayar pasti banknya akan mulai hangat itu cash flow-nya, bagaimana memenuhi likuiditasnya," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News