Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan regulator terus menggenjot pengembangan ekosistem keuangan syariah guna memperluas inklusi dan mendorong pertumbuhan ekonomi syariah nasional.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar perbankan syariah Indonesia masih tergolong mini, yakni sebesar 7,41% hingga Juni 2025.
Namun, industri ini mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 7,83% YoY menjadi Rp 967,33 triliun. Pertumbuhan ini menunjukkan peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan aset perbankan nasional dan konvensional yang tumbuh masing-masing sebesar 6,40% dan 6,29%.
Ketua Umum Asbisindo yang juga Direktur Utama Bank Syariah Indonesia (BSI) Anggoro Eko Cahyo menyampaikan, dengan potensi besar yang masih belum tergarap optimal, industri perbankan syariah kini berfokus pada dua strategi utama. Yakni, memperkuat skala industri melalui konsolidasi dan meningkatkan literasi keuangan syariah secara masif.
Baca Juga: Pangsa Pasar Bank Syariah Masih Mini, Asbisindo Beberkan Tantangannya
Anggoro mengakui, pangsa pasar perbankan syariah belum sebanding dengan populasi muslim terbesar di dunia. Asbisindo pun menyoroti dua tantangan utama yang menjadi penghambat laju pertumbuhan.
Pertama, literasi masyarakat terhadap produk dan layanan keuangan syariah yang masih rendah. Data menunjukkan, literasi keuangan syariah baru mencapai 43%, sementara tingkat inklusi keuangan syariah hanya 13%.
Tantangan kedua, struktur industri yang sebelumnya terfragmentasi dengan banyak bank syariah berskala kecil. Kondisi ini membuat perbankan syariah kalah saing dalam permodalan, pengembangan teknologi, serta jangkauan layanan dibandingkan bank konvensional.
Selain itu, keterbatasan jaringan fisik juga diakui menjadi kendala nyata. Jumlah kantor cabang dan titik layanan, termasuk ATM, perbankan syariah masih tertinggal jauh dibandingkan bank konvensional. Hal ini membatasi akses masyarakat, terutama di luar kota besar, untuk menjangkau layanan perbankan syariah.
“Konsolidasi adalah game changer bagi industri perbankan syariah Indonesia. Kelahiran BSI menjadi bukti nyata bahwa dengan menyatukan kekuatan, kita dapat menciptakan sebuah entitas perbankan syariah yang memiliki modal kuat, mampu berinvestasi besar di bidang teknologi, dan memiliki daya saing hingga ke tingkat global," ujar Anggoro kepada kontan.co.id, Rabu (2/10/2025).
Lebih lanjut, Anggoro menerangkan, bank syariah yang lebih besar dan kuat diyakini dapat menawarkan produk yang lebih kompetitif serta layanan digital yang lebih canggih.
Namun, hal tersebut harus diiringi dengan edukasi berkelanjutan agar masyarakat semakin memahami bahwa bank syariah adalah pilihan rasional yang mengedepankan keadilan, transparansi, dan kebermanfaatan.
Ke depan, pihaknya berkomitmen memainkan peran aktif sebagai mitra strategis regulator, baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun Bank Indonesia (BI), untuk mendorong kebijakan pro-pertumbuhan.
"Selain itu, kami juga akan memperluas program edukasi dan sosialisasi berskala nasional guna menumbuhkan kepercayaan publik terhadap ekosistem ekonomi syariah Indonesia," imbuhnya.
Baca Juga: Bank Mega Syariah Targetkan Pembiayaan FLPP Tumbuh 50% pada Tahun 2025
Sejumlah perbankan pun mengakui, rendahnya tingkat literasi dan inklusi masih menjadi tantangan utama bagi industri.
PT Bank BCA Syariah menegaskan komitmennya untuk terus mendorong pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah nasional dengan mengedepankan literasi keuangan dan inovasi digital.
Direktur BCA Syariah Pranata menilai, dukungan regulator melalui berbagai kebijakan dan insentif sudah menjadi modal penting, namun masih ada ruang penguatan, terutama pada aspek edukasi masyarakat.
“Penting untuk menumbuhkan pemahaman bahwa perbankan syariah bukan sekadar alternatif, melainkan sebuah sistem keuangan yang menghadirkan nilai tambah, transparansi, serta stabilitas,” ujar Pranata.
Selain edukasi, inovasi produk dan layanan digital juga dipandang sebagai kunci untuk memperluas akses. Sejalan dengan itu, BCA Syariah menghadirkan aplikasi BSya by BCA Syariah yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman nasabah sekaligus mendorong pertumbuhan dana murah (CASA). Dengan strategi ini, pihaknya berharap bisa semakin kompetitif di tengah ketatnya persaingan industri perbankan.
Adapun kinerja BCA Syariah hingga Agustus 2025 menunjukkan tren positif. Total aset tercatat Rp17,5 triliun, tumbuh 22% year on year (YoY). Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 27% YoY menjadi Rp13,7 triliun.
Dengan dukungan inovasi berkelanjutan dan strategi pembiayaan yang tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian, BCA Syariah optimistis dapat mencatatkan pertumbuhan double digit pada aset, DPK, dan pembiayaan hingga akhir 2025.
PT Bank Mega Syariah juga menegaskan komitmennya memperbesar pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia yang hingga kini masih tergolong kecil dibandingkan bank konvensional.
Hanie Dewita, Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah menilai, rendahnya literasi dan inklusi keuangan syariah masih menjadi tantangan utama dalam mengakselerasi pertumbuhan industri.
Berdasarkan data OJK 2025, indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 43,42%, di bawah literasi keuangan nasional sebesar 66,46%. Sementara itu, tingkat inklusi keuangan syariah masih 13,41%, jauh tertinggal dari inklusi keuangan nasional yang mencapai 75,01%.
“Masih banyak masyarakat yang belum memahami prinsip, manfaat, dan produk perbankan syariah. Karena itu, kami secara konsisten melakukan kegiatan literasi keuangan, mulai dari komunitas, nasabah, hingga pelajar,” ungkap Hanie.
Untuk memperkuat posisi aset dan pembiayaan, Bank Mega Syariah menjaga fungsi intermediasi melalui pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan fokus pada penguatan dana murah.
Baca Juga: OJK Beri Izin Operasional Bank Syariah Nasional (BSN) Sebagai Bank Umum Syariah
"Penyaluran pembiayaan dilakukan secara selektif dengan prinsip kehati-hatian serta profil risiko yang sehat," katanya.
Selain itu, strategi utama dilakukan melalui pendekatan B2B2C (Business-to-Business-to-Consumer), yakni kolaborasi dengan institusi di sektor pendidikan, kesehatan, dan layanan publik. Pendekatan ini menyasar ekosistem internal mitra korporasi, seperti pegawai, pelajar, hingga tenaga kesehatan.
Berbagai produk tabungan dan pembiayaan juga terus dikembangkan, mulai dari Tabungan Utama iB, Tabungan Haji iB, Tabungan Rencana iB Umroh, hingga Tabungan Simpel iB untuk pelajar.
Inovasi terbaru yang dihadirkan adalah fitur Tarik Tunai Tanpa Kartu melalui aplikasi m-Syariah, yang memungkinkan nasabah menarik uang di ATM tanpa kartu fisik.
"Pemanfaatan ekosistem CT Corp juga menjadi keunggulan dengan menghadirkan promo menarik agar layanan syariah semakin dikenal dan digunakan masyarakat luas," lanjutnya.
Per Agustus 2025, total aset Bank Mega Syariah tercatat lebih dari Rp17,4 triliun, dengan kontribusi sekitar 2,66% terhadap pangsa pasar aset bank umum syariah (BUS).
Pada tahun ini, Bank Mega Syariah menargetkan pertumbuhan positif pada kredit, DPK, maupun aset. Pihaknya optimistis target tersebut tercapai melalui strategi literasi, penguatan produk dana murah, inovasi digital, serta perluasan ekosistem pembiayaan yang lebih inklusif.
Selanjutnya: BCA Syariah Genjot Pertumbuhan Pangsa Pasar lewat Literasi dan Inovasi Digital
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Minum Cuka Apel Sebelum Tidur, Bagus untuk Gula Darah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News