Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham-saham sektor keuangan terbilang penuh tekanan, termasuk saham-saham bank yang juga lesu. Hal tersebut pada akhirnya membuat indeks sektor keuangan yang terangkum dalam IDXFinance yang bergerak paling lambat dibandingkan sektor lainnya.
Angin segar pun datang ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada empat perusahaan keuangan yang masuk pipeline Initial Public Offering (IPO). Secara persentase, sektor keuangan mendominasi karena mencapai 30,8% dari total 13 perusahaan yang ada di pipeline.
Meskipun tidak dirinci empat perusahaan dari sektor keuangan ini siapa saja, sejatinya ada beberapa bank yang sudah mencuat di kalangan pelaku pasar.
Salah satunya, ada PT Super Bank Indonesia yang kian santer disebut-sebut bakal melakukan IPO pada akhir tahun ini. Hanya saja, manajemen Superbank lebih memilih untuk tidak mengomentari rumor tersebut.
Baca Juga: Soal Pembentukan Dewan Penasihat Medis, Asuransi Astra Pertimbangkan Dua Opsi Ini
Selanjutnya, ada PT Bank DKI (Bank Jakarta) yang juga sudah sempat bilang mau melantai di pasar saham pada tahun ini. Bahkan, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS) Bank DKI yang dilakukan pada akhir April 2025 telah menyetujui rencana tersebut.
Menilik fundamentalnya, Superbank terbilang memang cukup menarik dengan kinerja keuangan yang sudah mulai mendapatkan laba. Per September 2025, laba bersih Superbank tercatat Rp 60,2 miliar di mana periode sama tahun sebelumnya masih mencatatkan rugi Rp 285 miliar.
Jika dibandingkan dengan bank digital lainnya, laba Superbank memang masih terbilang kecil. Misalnya, PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang pada periode sama mencatatkan laba senilai Rp 199 miliar dengan pertumbuhannya sekitar 131% YoY.
Sementara itu, Bank Jakarta juga masih memiliki kemampuan mencetak laba di periode yang sama. Per September 2025, bank daerah ini mencetak laba senilai Rp 520,8 miliar naik dari periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 513,23 miliar.
Head of Research KISI Sekuritas Muhammad Wafi bilang jika IPO perusahan-perusahaan keuangan ini sukses, bisa memberikan sentimen psikologis secara positif untuk emiten sektor keuangan lainnya. Di mana, itu menandakan adanya permintaan yang kuat untuk sektor keuangan.
“Kalau market liat demand kuat untuk sektor keuangan, investor mulai review ulang valuasi bank lainnya. Tapi kalau pricing terlalu mahal malah bisa bikin sektor makin berat,” ujarnya.
Baca Juga: Pasar Otomotif Lesu, ACA Lakukan Diversifikasi Portofolio Demi Jaga Kinerja
Lebih lanjut, ia bilang Superbank saat ini memang menjadi salah satu perusahaan yang ditunggu. Mengingat, ada cerita yang ditawarkan dengan perusahaan induk dalam hal ini Grup Emtek yang dianggap kuat.
Meski demikian, ia bilang perlu dilihat juga nantinya valuasi harga yang ditawarkan ketika bank digital ini bakal IPO. Wafi melihat jika memang harganya terlalu mahal, bukan tidak mungkin investor batal masuk.
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengungkapkan momen IPO untuk perusahaan sektor keuangan saat ini justru tidak menjadi masalah, bahkan bisa dibilang momentum yang cukup menarik. Alasannya, sektor keuangan terutama pada perbankan sedang memasuki fase pemulihan yang cukup kuat.
Tak hanya itu, Ekky melihat aliran dana asing dalam satu bulan terakhir juga kembali deras ke saham keuangan besar. Menurutnya, hal ini menandakan bahwa investor global mulai melihat valuasi sektor finansial Indonesia sebagai salah satu yang paling menarik di kawasan.
“Dengan valuasi perbankan yang saat ini berada di bawah rata-rata historis, ruang kenaikan harga saham bank sebenarnya cukup terbuka begitu laporan keuangan menunjukkan tanda-tanda pemulihan kredit yang lebih kuat,” ujarnya.
Sebaliknya, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer bilang secara umum memang saat ini sektor keuangan masih tergolong menghadapi tekanan dibandingkan sektor lainnya. Faktor seperti pengetatan likuiditas moderasi pertumbuhan kredit dan tekanan margin bunga masih menjadi faktor penentu.
Baca Juga: OJK Terus Pantau Proses Penyelesaian Likuidasi Fintech Ringan
Oleh karenanya, ia melihat kalau bicara momentum IPO sebetulnya bagi perusahaan sektor keuangan terutama perbankan digital dan multifinance ini bukan waktu yang paling ideal. Hanya saja, ia menekankan harus dilihat lagi terkait dengan tujuan IPO-nya.
“Jika itu karena kebutuhan ekspansi modal dan strategi jangka panjang momentum bukan menjadi salah satu hal yang menjadi penentu,” ujarnya.
Jikalau jadi, Miftahul melihat Superbank punya narasi kuat sebagai bagian dari ekosistem teknologi dan digital finance yang terintegrasi dengan grup Emtek. Sementara itu, Bank Jakarta memiliki daya tarik regional yang besar dengan rencana transformasi digitalnya.
“Jadi meskipun kondisi pasar masih selektif kami menilai saham-saham sektor keuangan khususnya perbankan yang memiliki strategi digitalisasi dan efisiensi kuat tergolong masih menarik menjelang 2026 seiring arah pelonggaran suku bunga dan perbaikan konsumsi kredit,” tandasnya,
Selanjutnya: Pendanaan Fintech Lending Terbesar Berasal dari Perbankan
Menarik Dibaca: 7 Film Populer Jacob Elordi, Terbaru Frankenstein 2025 Tayang di Netflix
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













