kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jika tidak spin off, koperasi akan ditinggalkan


Jumat, 13 Oktober 2017 / 17:34 WIB
Jika tidak spin off, koperasi akan ditinggalkan


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) akan mengupayakan pemisahan atau spin off usaha koperasi di Indonesia. Pengamat perkoperasian Suroto mengatakan spin off usaha oleh koperasi telah banyak dilakukan koperasi-koperasi besar di luar negeri.

"Sebut saja misalnya Group Koperasi Mondragon di Spanyol yang punya badan hukum bisnis di sektor industri, keuangan, pendidikan, ritel, dan lain sebagainya," kata Suroto yang juga Ketua Umum Asosiasi Kader Sosio Ekonomi Strategis (AKSES) dalam keterangan tertulis yang Kontan.co.id terima pada Jumat (13/10).

Suroto melanjutkan I CO-OP di Korea Selatan yang menghubungkan produsen dan konsumen dalam jaringan bisnis toko mereka serta bangun banyak lembaga pendukungnya.

"SANASA Group di Srilanka yang dimulai dari bisnis sektor keuangan, merambah ke konstruksi, media massa, ritel, universitas, dan lain sebagainya," katanya.

Menurut dia, jika koperasi di Indonesia tidak melakukan rekayasa kelembagaan dengan lakukan pembagian (spin off), maka bisnis koperasi akan tertinggal jauh dari bisnis lainya.

Selain itu masyarakat juga akan perlahan meninggalkan koperasi karena bisnis sektor keuangan saat ini sudah mengarah ke model fee-based income, sementara koperasi masih andalkan spread atau selisih jasa dari simpanan dan pinjaman.

"Padahal bank-bank serta bisnis teknologi financial atau fintech sudah banyak menggerus captive pasar koperasi. Kalau dibiarkan berjalan linier dan biasa saja maka koperasi bisa terlewat dari lintas bisnis modern," katanya.

Suroto menegaskan pentingnya, spin off penting dilakukan untuk menjawab kebutuhan anggota koperasi sebab, koperasi-koperasi yang sudah berangotakan ribuan orang itu tuntutannya tentu banyak sekali.

"Ketika mereka hanya mendapat layanan keuangan maka di rapat-rapat anggota pasti mereka ingin dapat layanan lain, seperti setidaknya kebutuhan sehari-hari. Ini artinya koperasi perlu segera membangun layanan bisnis ritel. Ketika banyak anggota yang sakit, mereka membutuhkan layanan jasa asuransi kesehatan dan lain sebagainya," katanya.

Ia menambahkan, dengan berbagai macam bisnis yang terintegrasi ini, maka anggota koperasi juga akan banyak yang terlibat dalam bisnis koperasi secara aktif.

"Koperasi tidak akan mengalami kelebihan likuiditas, dan lain sebagainya. Lebih penting dari itu, akan muncul banyak inovasi, peluang bisnis baru yang akan dikembangkan," kata Suroto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×