Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah isu banyaknya dana pensiun BUMN yang bermasalah, Indonesia Financial Group (IFG) sebagai holding perasuransian dan dana pensiun telah bekerjasama dengan delapan dana pensiun BUMN untuk mengelola investasi bersama.
Direktur Utama IFG Robertus Bilitea mengungkapkan bahwa saat ini delapan dana pensiun tersebut didorong untuk pengelolaan dana bersama. Dimana, dalam hal ini pengelolaan tersebut dilakukan bersama anak perusahaan IFG yaitu PT Bahana TCW Investment.
Meskipun demikian, Robertus mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya belum ada rencana untuk menambah jumlah dana pensiun BUMN yang akan dikelola bersama.
“Untuk sementara sebagai pilot project-nya itu delapan dana pensiun itu dulu,” ujar Robert ketika ditemui di kawasan DPR RI, Senin (30/1).
Baca Juga: Tutup Tahun 2022, IFG Kantongi Laba Rp 3,42 Triliun
Lebih lanjut, Robertus tidak menutup kemungkinan jumlah dana pensiun BUMN yang akan dikelola bersama akan bertambah. Mengingat, pihaknya juga masih akan berdiskusi dengan pendiri dana pensiun BUMN lainnya.
“Setelah itu secara bertahap akan duduk bersama-sama BUMN-BUMN pendiri namanya ya,” imbuh dia.
Sebagai informasi, delapan dana pensiun yang saat ini melakukan pengelolaan dana bersama IFG antara lain dana pensiun milik PT Angkasa Pura I, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Kerugian Jasa Raharja (Jasa Raharja), PT Nindya Karya (Persero), Perum Jasa Tirta II, Perum Peruri, PT Taspen (Persero) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Baca Juga: IFG Tangani Kasus Gagal Bayar di IKNB Melalui Mekanisme Bridge Bank
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan inisiatif tersebut untuk memastikan agar pengelolaan dana pensiun dapat memberikan manfaat jangka panjang melalui pengelolaan investasi yang sehat. Sehingga BUMN bisa tetap dapat memenuhi hak-hak para pensiunan BUMN secara proporsional dan terukur.
Kartika menambahkan, BUMN ingin mencapai pengelolaan dana pensiun yang menjamin pengelolaan investasi sehat. Termasuk juga pada pemilihan investasi yang memperhatikan secara cermat kewajiban jangka panjang serta penempatan aset pada investasi yang sesuai dengan kewajiban jangka panjang tersebut (asset-liability matching).
"Di samping itu, mendapatkan benefit yang sesuai dengan kesepakatan dalam perjanjian, dengan tetap memperhatikan kemampuan terukur perusahaan pendiri," pungkas Kartika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News