kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.960.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Kelompok Usia Tua Terjerat Kredit Macet Paylater dan Fintech


Minggu, 15 Juni 2025 / 19:23 WIB
Kelompok Usia Tua Terjerat Kredit Macet Paylater dan Fintech
ILUSTRASI. Pertumbuhan Paylater: Banner Buy Now Pay Later (BNPL) di sebuah pusat perbelanjaan di Depok, Jawa Barat, Kamis (20/3/2025). PT Akulaku Finance Indonesia mengutip riset Research and Markets, yang memperkirakan pasar BNPL di Indonesia akan tumbuh sebesar 13,5% secara tahunan (Year on Year/YoY) dan mencapai Rp 129 triliun pada 2025. KONTAN/Baihaki/20/3/2025


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan pesat layanan pembiayaan digital seperti Buy Now Pay Later(BNPL) atau paylater dan fintech lending (pinjol) mulai dibayangi risiko kredit bermasalah, terutama dari kelompok usia tua.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyaluran pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan naik 47,11% secara tahunan (year-on-year/yoy) per April 2025, melampaui pertumbuhan Maret yang tercatat 39,28% yoy. Namun, rasio pembiayaan bermasalah (non-performing financing/NPF) produk ini juga ikut naik dari 3,48% menjadi 3,78%.

Data PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) juga menunjukkan bahwa NPF BNPL mengalami kenaikan sebesar 0,25% per April secara bulanan. Lonjakan ini dipicu terutama oleh kelompok usia baby boomers (60 tahun ke atas), dengan NPF yang naik dari 3,9% atau Rp 14,82 miliar pada Maret menjadi 5,36% atau Rp 19,19 miliar pada April 2025.

Baca Juga: IdScore: Penggunaan Paylater Naik 23,8%, Tekanan Ekonomi Dorong Lonjakan Permintaan

Direktur Utama IdScore, Tan Glant Saputrahadi, menyebut bahwa tren ini menunjukkan meningkatnya ketergantungan masyarakat terhadap akses pendanaan cepat di tengah tekanan ekonomi, meskipun tidak diimbangi dengan kemampuan bayar yang memadai.

“Tingginya tunggakan dari generasi baby boomers terjadi karena kesenjangan adopsi teknologi finansial. Banyak dari mereka belum terbiasa dengan aplikasi keuangan digital, fitur pengingat pembayaran, maupun platform pemantauan utang yang kini menjadi andalan dalam mengelola pembiayaan secara mandiri,” jelas Tan kepada Kontan, Rabu (11/6).

Direktur Eksekutif ICT Institute, Heru Sutadi menilai bahwa kelompok baby boomers cenderung rentan karena sebagian besar sudah memasuki masa pensiun. Tanpa penghasilan tetap atau dana pensiun yang memadai, mereka berisiko tinggi mengalami gagal bayar.

“Kalau menggunakan paylater artinya dia kesulitan keuangan, dan sulit mengembalikan karena uang pensiun digunakan untuk menjalani kehidupan. Tidak semua juga punya uang pensiun,” ujar Heru kepada Kontan, Minggu (15/6).

Baca Juga: Baby Boomers Paling Banyak Gagal Bayar Paylater, Ada Apa?

Lebih lanjut, Heru menegaskan bahwa baik tua maupun muda, paylater tidak boleh diberikan secara sembarangan. Penyedia layanan harus memastikan calon pengguna memiliki pendapatan yang memadai. Jika tidak bekerja atau tidak memiliki penghasilan tetap, maka risiko gagal bayar akan sangat tinggi.

Risiko kredit dari kelompok usia tua juga terjadi di sektor fintech lending. OJK mencatat nilai kredit macet (non-performing loan/NPL) peminjam fintech berusia di atas 54 tahun naik 77% menjadi Rp 119 miliar pada Februari 2025, dari Rp 67 miliar pada September 2024. Kenaikan ini membuat rasio NPL kelompok tersebut meningkat dari 2,2% menjadi 3,5%.

Baca Juga: NPF Paylater Naik Jadi 3,78% di April 2025, Celios: Lampu Kuning bagi Industri

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Entjik S. Djafar, menyatakan bahwa lonjakan NPL pada kelompok usia lanjut tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekonomi yang lesu.

“Faktor ekonomi benar-benar lesu. Yang umur lima puluhan ke atas itu kan biasanya banyak berkaitan dengan konsumsi rumah tangga. Mereka rentan saat ekonomi menurun,” ujar Entjik, Jumat (13/6).

Ia menyebut, AFPI terus mengimbau anggotanya agar memperketat prinsip kehati-hatian, khususnya dalam menilai risiko peminjam usia lanjut. Strategi industri difokuskan pada penyaluran kepada borrower produktif dan repeat borrower yang memiliki rekam jejak baik.

Baca Juga: NPF Paylater Naik, Ini Strategi dari IdScore untuk Cegah Risiko Kredit

Selanjutnya: FKS Food (AISA) Intip Peluang dari Efek Kucuran Stimulus Ekonomi

Menarik Dibaca: iPhone 13 Pro Max Harga Juni 2025 Turun! Cek Fitur Lengkapnya & Kelebihannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×