Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Angka penyaluran kredit bank digital tumbuh makin subur pada kuartal l tahun 2025. Debitur dari segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jadi sasaran utamanya.
Misalnya saja PT Krom Bank Tbk. Angka penyaluran bank berkode saham BBSI ini meningkat fantastis sebesar 128% secara tahunan (YoY) dari Rp 2,18 triliun di kuartal l 2024 menjadi Rp 4,99 triliun di periode sama tahun ini.
Angka ini disusul PT Bank Digital BCA yang mencatatkan total penyaluran kredit sebesar Rp 8,10 triliun, naik 79,4% YoY dari sebelumnya sebesar Rp 4,51 triliun.
Lalu, ada PT Bank Raya Tbk. yang penyaluran kreditnya sebesar Rp 6,3 triliun, naik 63,9% YoY dari sebesar Rp 1,3 triliun.
Kemudian, ada PT Bank Jago Tbk dengan total kredit yang naik 43% YoY sebesar Rp 20,19 triliun dari Rp 14,11 triliun.
Baca Juga: MNC Bank Berkolaborasi dengan BPR Bank Kota Bogor, Perluas Akses Perbankan Digital
PT Bank Seabank Indonesia juga menyusul, yakni sebesar Rp 24,7 triliun, naik 35,5% YoY dari Rp 18,2 triliun.
Ada lagi PT Bank Amar Tbk dengan kredit yang disalurkan mencapai Rp 3,18 triliun, naik 15,8% YoY dari Rp 2,74 triliun di tahun lalu.
Tak ketinggalan, ada PT Allo Bank yang mencatatkan kenaikan 1,7% YoY angka kredit menjadi sebesar Rp 6,95 triliun dari Rp 6,83 triliun.
Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi mengatakan, kenaikan ini ditopang berkat pesatnya pertumbuhan kredit digital yang menyasar segmen debitur UMKM.
Perempuan yang akrab disapa Tiwi ini merinci, dana tersebut mengalir untuk kegiatan produktif seperti ke sektor jasa keuangan dan industri yang mencakup 60% dari total kredit, dan untuk tujuan konsumsi sebesar 40%.
Untuk menyalurkan dana tersebut, Bank Raya punya tiga produk kredit digital berbeda, yakni Pinang Dana Talangan untuk mendukung debitur lewat Agen BRILink, Pinang Flexi untuk pinjaman multiguna bagi karyawan tetap, dan Pinang Maxima yang memberikan pinjaman untuk pelaku usaha.
“Ketiga produk ini mendominasi sekitar 90% dari total outstanding kredit digital,” ujar Tiwi kepada Kontan, Jumat (23/5).
Baca Juga: BTN Dukung Inklusi Keuangan di Masjid Lewat Solusi Digital
Debitur UMKM juga jadi sasaran nasabah Bank Amar. Senior Vice President Finance Bank Amar, David Wirawan mengatakan, 50% dari total kredit ini dialirkan untuk membiayai sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Produk pinjaman digital Tunaiku menjadi andalan bank untuk menyalurkan dana tersebut. Per kuartal l tahun ini, ada sebanyak 400.000 nasabah dengan total nilai lebih dari Rp 15 triliun yang telah mengakses fasilitas kredit lewat Tunaiku.
Sementara itu, Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan, kontribusi utama pendorong pertumbuhan kredit Allo Bank yakni produk Allo Paylater. Produk ini menggunakan skema buy now pay later (BNPL).
Indra menyebut, sepanjang 2024 lalu, total kredit yang disalurkan melalui produk ini meroket sebesar 200%. Kendati demikian, Indra tidak menyebut nilainya lebih rinci.
Adapun secara kualitas aset, ketiga bank ini mencatatkan non performing loan NPL Gross bervariatif. NPL bruto Bank Amar tampak yang paling tinggi, yakni sebesar 10,89%, disusul Bank Raya 3,7%, dan Allo Bank sebesar 1,45%. Sementara secara neto, ketiganya berturut-turut berhasil menekannya menjadi 1,48%, 1,40%, dan 0,51%.
“Amar Bank memiliki strategi mitigasi risiko yang kuat untuk pertumbuhan kredit yang sehat, namun tetap dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian,” ujar David. Prinsip serupa juga diamini Bank Raya dan Allo Bank.
Baca Juga: Inilah Daftar Bank Digital yang Bebas Biaya Admin Bulanan, Apa Saja?
Merespons turunnya suku bunga acuan dan minat besar debitur dari layanan Tunaiku, David bilang pihaknya membuka kemungkinan adanya penyesuaian suku bunga (pricing) bila memang diperlukan.
Hal ini tentunya dengan mempertimbangkan struktur biaya dana dan manajemen risiko yang sehat, seperti juga dilakukan Allo Bank dan Bank Raya.
Lagi pula menurut Indra, tingkat suku bunga bukan satu-satunya faktor penentu debitur untuk mengajukan kredit.
“Banyak juga yang menjadi pertimbangan, seperti kemudahan proses, limit kredit, pilihan tenor, dan fleksibilitas terms & conditions,” tutur Indra.
Saat ditanya target pertumbuhan kredit di akhir tahun ini, ketiganya kompak membidik pertumbuhan dua digit.
Selanjutnya: Pemerintah Pertimbangkan Penerbitan Global Bond, Ekonom Ingatkan Hal Ini
Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News