Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fasilitas pembiayaan untuk kegiatan ekspor dan impor atau trade finance, masih prospektif di tahun ini. Bankir menilai, tren pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tidak menimbulkan efek buruk ke bisnis ini.
Chief of Transaction Banking PT CIMB Niaga, Hendra Lembong mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah hampir tidak ada karena nasabah banyak yang terlindungi oleh instrumen hedging.
Sebagian lagi, seperti pedagang skala menengah, biasanya menunggu. Namun secara volume tidak terlalu terdampak karena banyak perusahaan yang membutuhkan untuk keperluan bisnis mereka, jelas Hendra.
Selain itu, ia menambahkan, perilaku setiap nasabah trade finance berbeda. Seperti nasabah eksportir justru mendapatkan insentif dari pelemahan rupiah ini. Kendati begitu, ada beberapa eksportir yang menggunakan bahan baku impor, hingga juga berpengaruh oleh pelemahan rupiah.
Hendra mengklaim, sejauh ini nilai pembiayaan trade finance per Februari 2018 sudah tumbuh hampir 20%. "Namun pertumbuhan tersebut tidak setinggi yang terjadi di akhir tahun laku karena biasanya di kuartal IV pasti lebih tinggi, ujar Hendra. CIMB Niaga pernah memproyeksikan pertumbuhan trade finance hingga dua digit di tahun 2018.
Sebagai gambaran, berdasarkan laporan keuangan per Desember 2017, pendapatan komisi atau fee based income CIMB Niaga dari transactional banking dan trade finance sebesar Rp 146 miliar. Nilai itu turun 1,4% year on year (yoy) dari nilai di tahun sebelumnya yang mencapai Rp 148 miliar.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) pun belum merasakan dampak pelemahan rupiah terhadap bisnis trade finance di awal 2018. Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI menjelaskan, bisnis trade finance BNI terdiri dari pembiayaan ekspor, impor dan perdagangan dalam negeri. Outstanding trade finance BNI per Februari 2018 meningkat sebesar 42% yoy.
Mayoritas debitur trade finance BNI mendapatkan pendapatan dalam bentuk dollar Amerika Serikat (AS). Sebagai gambaran, Selama 2017, BNI membukukan pendapatan dari trade finance sebesar Rp 1,7 triliun, atau naik 30,61% secara yoy.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga belum melihat dampak negatif dari pelemahan rupiah belakangan ini terhadap bisnis trade finance. Sindhu Rahadian Ardita, Kepala Divisi Corporate Loan & Syndication BTN menjelaskan, penyebabnya kebanyakan debitur bank itu melakukan transaksi di dalam negeri. Ke depan, BTN akan lebih aktif dalam transaksi yang berbasis valuta asing (valas).
Nilai transaksi kami masih kecil, namun kami akan berupaya untuk membidik eksportir yang memiliki performance baik, jelas Sindhu.
BTN targetkan fee based income dari trade finance dan cash management di 2018 bisa naik 25% yoy. Per Desember 2017, pendapatan commissions, services dan admin fee BTN tumbuh 36,23% yoy menjadi Rp 893 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News