kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.580   -32,00   -0,19%
  • IDX 8.118   47,22   0,59%
  • KOMPAS100 1.119   4,03   0,36%
  • LQ45 785   1,90   0,24%
  • ISSI 286   2,08   0,73%
  • IDX30 412   0,93   0,23%
  • IDXHIDIV20 467   0,39   0,08%
  • IDX80 123   0,45   0,36%
  • IDXV30 133   0,76   0,57%
  • IDXQ30 130   0,07   0,05%

Kredit Konsumsi Perbankan Masih Tumbuh Terbatas hingga Agustus 2025


Jumat, 03 Oktober 2025 / 17:23 WIB
Kredit Konsumsi Perbankan Masih Tumbuh Terbatas hingga Agustus 2025
ILUSTRASI. DPK Perbankan: Teller menghitung uang di Bank Mandiri, Jakarta, Senin (11/8/2025). Kredit konsumsi di perbankan masih tumbuh terbatas ingga bulan Agustus 2025 alias pertumbuhannya belum menyentuh dua digit.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit konsumsi di perbankan masih tumbuh terbatas. Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa hingga bulan Agustus 2025 pertumbuhan kredit konsumsi perbankan belum menyentuh dua digit.

Merujuk data analisis uang beredar BI, kredit konsumsi (KK) pada Agustus 2025 tumbuh 7,7% secara tahunan atau YoY, setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 8,0%. Ada pun nilainya, secara total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2.295,4 triliun.

Kondisi penyaluran ini masih cenderung lambat jika dibandingkan dengan tahun lalu. Pasalnya, pertumbuhan kredit konsumsi pada Agustus 2024 menyentuh 10,7% YoY.

Baca Juga: Penyaluran Kredit Konsumsi di Perbankan Makin Loyo

Direktur Bisnis Bank Mandiri Taspen, Maswar Purnama, mengatakan bahwa pertumbuhan kredit konsumsi perbankan masih menunjukkan tren perlambatan ini dipengaruhi sejumlah faktor fundamental.

Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga mengalami tekanan akibat kenaikan biaya hidup dan daya beli yang belum sepenuhnya pulih, sehingga masyarakat cenderung lebih berhati-hati dalam mengambil pembiayaan baru. 

"Selain itu, rasio utang rumah tangga yang relatif tinggi turut membatasi ruang pertumbuhan kredit di segmen ini," kata Maswar kepada Kontan, Kamis (2/10/2025).

Jika dilihat dari sisi penawaran, perbankan masih menempuh strategi konservatif dengan memperketat standar pemberian kredit, sejalan dengan peningkatan risiko kredit bermasalah (NPL) di sektor konsumtif serta tingginya tingkat suku bunga acuan. 

Di sisi lain, disrupsi teknologi finansial melalui platform pinjaman digital dan skema Buy Now Pay Later (BNPL) juga mengalihkan sebagian permintaan pembiayaan konsumtif dari perbankan konvensional.

Baca Juga: Syarat Mendapatkan Kredit Kian Longgar, Kredit Konsumsi Bisa Tumbuh Besar

"Kombinasi faktor-faktor tersebut menurut kami menyebabkan pertumbuhan kredit konsumtif berjalan moderat," lanjutnya.

Namun, dia mencermati bahwa dengan adanya adanya tren penurunan suku bunga acuan oleh BI serta pelonggaran likuiditas di market atas penempatan dana Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan diharapkan dapat mendorong peningkatan kredit konsumsi di kuartal IV-2025.

Lebih lanjut, Maswar menjelaskan bahwa penyaluran kredit konsumsi di Bank Mandiri Taspen tumbuh di atas rata-rata industri, yakni 15% secara tahunan per Agustus 2025.

Pertumbuhan ini didorong dari sektor rumah tangga. Maswar pun menjelaskan bahwa perbankan tetap optimistis pertumbuhan kredit konsumsi bisa di kisaran 15% hingga akhir tahun.

Selain itu, Bank Syariah Indonesia (BSI) juga masih mencatatkan pertumbuhan dua digit pada pembiayaan konsumsinya. Di segmen ini, pembiayaan tumbuh 16,2% YoY.

Baca Juga: Daya Beli Tak Kunjung Pulih, Pertumbuhan Kredit Konsumsi Semakin Tertekan

Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo menyampaikan mayoritas pembiayaan konsumsi ini didominasi oleh segmen ritel dan konsumer termasuk emas sebesar Rp 211,78 triliun yang mengomposisi 72,22%, disusul segmen wholesale sebesar 27,78%. 

Di segmen ritel dan konsumer, pembiayaan yang mendominasi pertumbuhan tertinggi yakni bisnis emas. Posisi Juni 2025, Pembiayaan bisnis emas BSI melesat 88,25% (YoY) mencapai Rp16,88 triliun yang terdiri atas Cicil Emas Rp9,09 triliun tumbuh 155,41% (YoY), dan Gadai Emas Rp7,79 triliun tumbuh 44,08% (YoY). 

Selain emas, bisnis konsumer yang juga tumbuh signifikan yakni bisnis Oto tumbuh 24,45%,disusul Mitraguna 14,13%, Hasanah Card 12,61%, dan Pensiun 6,43%. 

"Kami menargetkan hingga akhir tahun dapat menjaga pertumbuhan pembiayaan yang sehat dan prudent. Salah satunya melalui optimalisasi bisnis bulion bank dan layanan emas lainnya," terang Anggoro.

Namun, sejumlah bank masih mencatatkan pertumbuhan yang belum semarak mengenai kredit konsumsi ini.

Baca Juga: Tren Perlambatan Kredit Konsumsi Berlanjut Maret 2025, Begini Kondisi Sejumlah Bank

Bank BPD DIY, misalnya. Direktur Pemasaran dan Usaha Syariah BPD DIY, Raden Agus Trimurjanto, mengatakan jika pihaknya hanya membidik pertumbuhan kredit konsumsi di kisaran 5% - 7% hingga akhir tahun.

"Secara keseluruhan prediksi pertumbuhan kredit konsumsi kami hanya pada kisaran 5% - 7%," beber Agus.

Agus menjelaskan bahwa di BPD DIY, kredit konsumsi di segmen kredit multiguna kepada para debitur berpenghasilan tetap seperti ASN, pegawai swasta, TNI/POLISI, belum tumbuh sesuai harapan.

Namun, dicatatnya Kredit Pemilikan Rumah (KPR), termasuk KPR Subsidi masih tumbuh signifikan, yakni tumbuh 15,6% YoY per Agustus 2025.

Menurut Agus, kondisi penyaluran kredit saat ini sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat. Dalam kondisi ekonomi atau sektor riil tidak tumbuh sesuai harapan, maka para calon debitur akan berpikir ulang atau mengatur prioritas pengeluaran berdasarkan kebutuhan yang penting dan mendesak.

"Mereka akan berpikir ulang untuk mengajukan kredit untuk konsumsi yang tidak memberikan nilai tambah pada mereka. Dengan kata lain, mendahulukan kebutuhan mendasar, pendidikan anak," tambahnya.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Kredit Konsumsi Perbankan Tumbuh Melambat

Selain itu, Bank Mandiri juga mencatatkan pertumbuhan kredit konsumer satu digit. SEVP Corporate Relations Bank Mandiri, M. Wisnu Trihanggodo membeberkan, hingga akhir Juni 2025 realisasi kredit konsumer Bank Mandiri secara konsolidasi mencapai Rp 123 triliun, atau tumbuh 6% YoY.

Namun dari jumlah tersebut, penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) Bank Mandiri secara bank only tercatat sebesar Rp 67,9 triliun, naik signifikan 13,8% YoY. 

Soal ini, Wisnu bilang bahwa kinerja bisnis konsumer Bank Mandiri masih terus tumbuh positif. "Pertumbuhan ini menegaskan kepercayaan masyarakat terhadap Bank Mandiri sebagai mitra terpercaya dalam kepemilikan hunian," kata Wisnu.

Selanjutnya: Harga Minyak Mentah Menguat Tipis, Brent dan WTI Berada di Jalur Koreksi Mingguan

Menarik Dibaca: Ini Perbedaan Gangguan Seksual dan Disfungsi Seksual yang Perlu Anda Tahu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×