kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.905.000   3.000   0,16%
  • USD/IDR 16.450   0,00   0,00%
  • IDX 6.832   16,22   0,24%
  • KOMPAS100 991   5,82   0,59%
  • LQ45 767   3,97   0,52%
  • ISSI 217   0,70   0,32%
  • IDX30 399   1,92   0,48%
  • IDXHIDIV20 473   -0,50   -0,11%
  • IDX80 112   0,65   0,59%
  • IDXV30 115   0,56   0,49%
  • IDXQ30 131   0,39   0,30%

Tren Perlambatan Kredit Konsumsi Berlanjut Maret 2025, Begini Kondisi Sejumlah Bank


Senin, 05 Mei 2025 / 19:54 WIB
Tren Perlambatan Kredit Konsumsi Berlanjut Maret 2025, Begini Kondisi Sejumlah Bank
ILUSTRASI. Konsumen meninjau proyek perumahan di Tangerang Selatan, Kamis (4/6). Kredit yang disalurkan perbankan mengalami perlambatan pada April 2020. Salah satunya adalah pertumbuhan kredit konsumsi pada April 2020 yang hanya 4,1% year on year (yoy), melambat dari 5,4% yoy pada bulan sebelumnya. Perlambatan bersumber dari kredit perumahan rakyat (KPR) terutama pada rumah tipe 22-70 dan kredit multiguna. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit konsumsi masih menunjukkan tren perlambatan per Maret 2025 ini. Daya beli lesu hingga likuiditas perbankan yang masih mengetat dinilai jadi sebabnya.

Melansir laporan uang beredar Bank Indonesia (BI), Senin (5/5), kredit ke sektor konsumsi hanya tumbuh 9,2% secara tahunan (YoY), yakni sebesar Rp 2.235,7 triliun. Maret tahun lalu, nilainya sebesar Rp 2.047,1 triliun.

Sebagai perbandingan, bulan Februari 2025 kredit konsumsi masih tumbuh 10,2% YoY kendati jumlahnya lebih kecil yakni Rp 2.223,4. Ini juga melambat bila dibandingkan dengan bulan Januari yang tumbuh 10,3% YoY sebesar Rp 2.213,4 triliun.

Menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, perlambatan ini terjadi akibat rendahnya permintaan sektor konsumsi yang tergolong nonprimer, seperti rumah dan kendaraan.

Baca Juga: Kredit Konsumsi Maret 2025 Melambat, Daya Beli dan Likuiditas Jadi Sorotan

Di sisi lain, bank juga menurutnya lebih selektif salurkan kredit, mengingat likuiditas yang terus mengetat seiring waktu. Ditambah, tingkat daya beli masyarakat Indonesia kata Trioksa juga masih terus melemah. 

Senada, menurut EVP Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn, kredit konsumer umumnya dipengaruhi berbagai faktor, termasuk pendapatan rumah tangga yang berkorelasi erat dengan kondisi ekonomi.

“BCA senantiasa mencermati perkembangan ekonomi dan pola konsumsi masyarakat guna memastikan pertumbuhan kredit berkelanjutan yang berkualitas,” ujar Hera kepada Kontan, Senin (5/5).

Per Maret 2025, BCA masih mencatat pertumbuhan kredit konsumer, yakni sebesar 11,3% secara tahunan (YoY) menjadi Rp225,7 triliun.

Kata Hera, pertumbuhan ini ditopang segmen kredit pemilikan rumah (KPR) yang tumbuh 10,5% YoY hingga Rp 135,3 triliun, disusul kredit kendaraan bermotor (KKB) yang tumbuh 12,3% YoY menjadi Rp 67,1 triliun, serta outstanding pinjaman konsumer lainnya yang didominasi kartu kredit yang meningkat 13,9% YoY hingga Rp 23,3 triliun.

Baca Juga: Daya Beli Belum Pulih, Tren Perlambatan Kredit Konsumsi Bakal Lanjut

Secara kualitas aset, rasio kredit macet atau non performing loan BCA kata Hera berada di posisi terjaga.

Untuk menggenjot permintaan kredit konsumer, BCA juga menerapkan berbagai promo menarik bagi nasabah. 

PT Bank Syariah Indonesia Tbk juga masih mencatat pertumbuhan pembiayaan konsumernya yakni sebesar 16,21% YoY sebesar Rp 287,2 triliun.

Berdasarkan segmen, pembiayaan mitraguna sebesar Rp 61,56 triliun, diikuti pembiayaan griya Rp 58,03 triliun, pembiayaan pensiun Rp16,21 triliun, dan pembiayaan Oto Rp5,7 triliun.

“Kualitas pembiayaan terjaga dengan indikasi NPF (non performing financing) Gross 1,88% membaik dari periode sebelumnya,” ujar Plt. Direktur Utama BSI, Bob Tyasika Ananta, Senin (5/5).

Baca Juga: Pelemahan Daya Beli Jadi Tantangan Perbankan Menyalurkan Kredit Konsumsi di 2025

Kata Bob, BSI bakal terus melakukan inovasi layanan dan bundling berbagai produk konsumer sehingga nasabah bisa memiliki lebih dari satu layanan pembiayaan. 

Selain itu, BSI kata Bob juga tengah menggali potensi bisnis payroll yang memiliki risiko relatif rendah dan memiliki tren pertumbuhan yang tinggi di segmen konsumer. 

“Di sisi lain, dalam menjalankan ekspansi bisnis, perseroan tetap fokus dalam kualitas pembiayaan yang sehat sehingga tumbuh berkelanjutan dan bisa memberikan pricing yang kompetitif bagi masyarakat,” pungkas Bob.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Kredit Konsumsi Perbankan Tumbuh Melambat

Selanjutnya: Prabowo Sebut Bill Gates Akan Beri Penghargaan Program Makan Bergizi Gratis

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (6/5): Cerah hingga Diguyur Hujan Ringan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×