Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio likuiditas perbankan mulai melandai, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) bank yang turun ke level 93,81% menurut data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Juli 2019. Turun dibandingkan periode bulan sebelumnya 94,28%.
Penurunan tersebut tak lain disebabkan oleh pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir Juli 2019 yang tumbuh 9,58% secara year on year (yoy), melandai dibanding bulan sebelumnya 9,92% yoy.
Baca Juga: OJK paling banyak terima pengaduan soal debt collector leasing
Di samping itu, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mulai tumbuh menyentuh 8,01% yoy per Juli 2019. Lebih tinggi dibandingkan bulan Juni 2019 yang baru tumbuh 7,42% yoy.
"Adanya perbaikan pertumbuhan DPK pada Juli lalu memberikan tambahan ruang likuiditas dan mengurangi gap pertumbuhan dengan kredit pada sebagian kelompok bank," ujar Samsu Adi Nugroho, Pgs Direktur Grup Surveilans dan Stabilitas Sistem Keuangan LPS, Senin (16/9).
Ke depan, LPS memandang laju pertumbuhan kredit bakal membaik sejalan dengan langkah pelonggaran pada kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dan penurunan suku bunga moneter dalam dua bulan terakhir.
Pun, ruang ekspansi kredit masih terbuka pada bank besar, sementara untuk bank menengah dan kecil cenderung terbatas dan akan tergantung pada perbaikan laju pertumbuhan sisi DPK.
Baca Juga: CIMB Niaga Syariah targetkan laba tahun ini menembus Rp 1 triliun
Dus, sampai akhir tahun 2019 pertumbuhan kredit dan DPK diperkirakan akan mencapai kenaikan masing-masing 11,7% dan 7,4%.
Menanggapi hal tersebut, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengamini bahwa pertumbuhan kredit tengah turun sementara DPK terus tumbuh. Sejalan dengan upaya rekomposisi DPK perbankan ke segmen dana murah.
Ambil contoh, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang per Agustus 2019 mencatatkan LDR di posisi sekitar 109%. Walau terbilang tinggi, Direktur Kepatuhan BTN Mahelan Prabantarikso mengatakan posisi tersebut sudah turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 111,23%.
Baca Juga: Right Issue, Bank Bukopin (BBKP) akan menerbitkan saham maksimal 4,66 miliar
Ia juga menegaskan, pihaknya tidak memiliki masalah likuiditas. Sebab, pada bulan September 2019 BTN punya rencana transaksi sekuritisasi aset sebesar Rp 2 triliun untuk menambah amunisi pendanaan.
"Selain itu, BTN juga sedang fokus memperbaiki kualitas kredit dan profitabilitas sehingga akan lebih fokus pada pemupukan dana murah," ujarnya, Selasa (17/9).
Adapun, akhir tahun ini BTN tak mematok pertumbuhan kredit tinggi. Bank bersandi bursa BBTN (anggota indeks Kompas100) ini hanya memperkirakan kredit tumbuh di kisaran 8% hingga 11%. Sedangkan DPK direncanakan tumbuh 10%-12% secara tahunan.
Laju kredit yang lebih lambat tersebut, menurut Mahelan disebabkan telah habisnya kuota kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi bank BTN. Di sisi lain, pihaknya juga tengah berupaya untuk menekan laju Non Performing Loan (NPL) guna mempercantik kualitas aset.
Baca Juga: Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) dapat pinjaman Rp 300 miliar dari Bank DKI
Sebagai catatan saja, per Juli 2019 lalu kredit BTN masih tumbuh 18,35% yoy menjadi Rp 228,82 triliun berdasarkan laporan keuangan. Sementara DPK tumbuh sebesar 19,52% yoy menjadi Rp 205,91 triliun.
Senada, Direktur Keuangan PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) Ferdian Timur Satyagraha mengatakan per posisi Agustus 2019 LDR menurun ke level 61,77% dari periode tahun sebelumnya 66,39%.
Hal ini utamanya ditopang kenaikan DPK yang cukup deras sebanyak 18,12% yoy menjadi Rp 58,36 triliun di bulan Agustus 2019. Jauh lebih tinggi dibandingkan kredit yang tumbuh 9,91% yoy.
Adapun, sampai penghujung tahun Bank Jatim mematok LDR akan ada di kisaran 68%-70%. "Target DPK tahun ini 10% saat ini sudah di atas target. Kami akan lebih dorong CASA di akhir tahun," katanya.
Baca Juga: Dana kelolaan wealth management Bank Mandiri tembus Rp 202 triliun hingga Agustus
Jika dirinci, pertumbuhan DPK Bank Jatim mayoritas didorong rekening giro yang tumbuh signifikan sebanyak 26,91% yoy. Di sisi lain, dana tabungan dan deposito masing-masing tumbuh di kisaran 13%.
Menurut Ferdian, tingginya pertumbuhan giro disebabkan oleh meningkatnya penempatan dana giro Pemerintah di Bank Jatim. Hingga Agustus 2019, total dana Pemerintah tercatat sudah naik 31,92% menjadi Rp 16,66 triliun.
"Kontribusi besar dari giro Pemerintah Daerah (Pemda), dan dana desa," sambungnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News