kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.577.000   13.000   0,83%
  • USD/IDR 16.375   -60,00   -0,37%
  • IDX 7.108   27,96   0,39%
  • KOMPAS100 1.052   -1,07   -0,10%
  • LQ45 828   0,75   0,09%
  • ISSI 212   -0,75   -0,35%
  • IDX30 426   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   1,31   0,26%
  • IDX80 120   -0,25   -0,21%
  • IDXV30 124   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   0,01   0,01%

Kredit Menganggur Perbankan Masih Menumpuk, Ini Pemicunya


Kamis, 16 Januari 2025 / 19:38 WIB
Kredit Menganggur Perbankan Masih Menumpuk, Ini Pemicunya
ILUSTRASI. Uang beredar: Teller menghitung uang di Bank Mega, Jakarta, Selasa (12/3/2024). Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik atau kredit menganggur (Undisbursed Loan) tercatat masih menumpuk di tahun 2024 lalu.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum ditarik atau yang disebut dengan kredit menganggur (Undisbursed Loan) tercatat masih menumpuk di tahun 2024 lalu. 

Hal ini menandakan para pengusaha menahan untuk menarik fasilitas kreditnya yang telah disetujui oleh pihak perbankan. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada periode Oktober 2024 Undisbursed Loan untuk Bank Umum naik 4,39% menjadi Rp 2.183,99 triliun secara tahunan (yoy), dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2.092,12 triliun. Dan meningkat secara bulanan (mtm) sebesar 1,90% dari periode September 2024 sebesar Rp2.143,18 triliun.

Baca Juga: Bank Mandiri Catatkan Realisasi Penyaluran KUR Sebesar Rp 37,48 Triliun

Pengamat perbankan dan praktisi sistem pembayaran, Arianto Muditomo, menilai, kredit menganggur bank masih tumbuh tinggi karena sejumlah faktor, seperti ketidakpastian ekonomi global yang memengaruhi permintaan kredit produktif maupun konsumtif.

"Selain itu, proyek-proyek infrastruktur yang terkesan berjalan lambat akibat penyesuaian prioritas pemerintah turut memperbesar porsi kredit yang belum dicairkan," kata pria yang akrab disapa Didiet kepada kontan.co.id, Kamis (16/1).

Perbankan juga menerapkan pengetatan syarat pencairan kredit di tengah upaya menjaga kualitas portofolio kredit agar tetap sehat, terutama pada sektor berisiko tinggi seperti properti dan perdagangan.

Di sisi lain, banyak debitur korporasi maupun UMKM yang mengalami kendala dalam operasional, sehingga belum optimal dalam memanfaatkan fasilitas kredit yang tersedia.

Baca Juga: Kredit UMKM Tumbuh Melambat, Ini Respon Kementerian UMKM

Lebih lanjut, Didiet menyebut, kredit menganggur terutama terkonsentrasi di sektor properti, infrastruktur, dan manufaktur.

Sektor properti menghadapi tantangan besar akibat daya beli masyarakat yang lemah, backlog perumahan yang tinggi, serta tekanan likuiditas dari pengembang.

Pada sektor infrastruktur, pencairan kredit sering tertunda karena proyek strategis terhambat oleh faktor teknis seperti pembebasan lahan atau kendala investasi swasta.

Sektor manufaktur juga disebut menyumbang kredit menganggur yang signifikan akibat rendahnya permintaan pasar global yang berdampak pada kapasitas produksi domestik.

Baca Juga: Sejumlah Bank dengan Aset Terbesar Beberkan Target Pertumbuhan Kredit di 2025

Selain itu, sektor perdagangan dan startup teknologi juga berkontribusi, dengan banyak rencana investasi yang masih dalam tahap penjajakan sehingga belum memanfaatkan kredit secara penuh.

Didiet menuturkan, untuk mengatasi tantangan ini, bank dapat mendorong kredit ke sektor produktif seperti manufaktur, pertanian, dan logistik yang berpotensi tumbuh.

Selain itu, inovasi kredit mikro berbasis digital, kolaborasi dengan fintech, serta program stimulus pemerintah dapat menjadi strategi untuk mempercepat pencairan kredit.

"Penurunan suku bunga kredit juga menjadi peluang untuk menarik minat debitur di berbagai sektor," imbuhnya.

Kredit menganggur atau undibursed loan di sejumlah bank juga terlihat masih menumpuk, meskipun rata-rata pertumbuhan kredit mereka meningkat dua digit. 

Ambil contoh PT Bank CIMB Niaga Tbk mencatat total kredit sebesar Rp 152,52 triliun pada November 2024, naik 4,65% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 145,74 triliun.

Baca Juga: Analis Rekomendasikan Saham Perbankan Saat Asing Keluar dari Pasar Modal Indonesia

Sejalan dengan itu, total kredit menganggur perseroan meningkat menjadi 14,05% menjadi Rp 110,81 triliun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 97,16 triliun.

Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan membenarkan, kredit mengganggur di CIMB Niaga terus meningkat. Menurut Lani hal ini normal di akhir dan awal tahun 2025

"Karena perusahaan biasanya akan menggunakan fasilitas di kuartal kedua dan pertengahan. Kredit mengganggur di CIMB Niaga juga terlihat rata di semua sektor," kata Lani kepada kontan.co.id, Rabu (15/1).

Walau demikian, ia memperkirakan utilization rate akan berkisar di 60%-an hingga akhir tahun.

Tidak hanya CIMB Niaga, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatatkan total kredit menganggur yang lebih besar Rp 394,21 triliun pada November 2024, naik 1,09% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 387,97 triliun.

Baca Juga: Meski Kredit Tumbuh, Banyak Debitur yang Belum Memanfaatkannya

Sejalan dengan itu, total kredit BCA secara bank only tumbuh sebesar 15,5% yoy per November 2024 mencapai Rp 876 triliun.



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×