Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Tahun 2025 menjadi masa yang berat bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya membuat kemampuan bayar debitur melemah, sehingga bank mengambil langkah lebih hati-hati dalam menyalurkan kredit.
Bank Indonesia (BI) mencatat kredit UMKM pada November 2025 turun 0,64% secara tahunan (year-on-year/YoY). Penurunan ini melanjutkan kontraksi 0,11% YoY pada bulan sebelumnya.
Baca Juga: Penyaluran Kredit UMKM di Perbankan Makin Melemah pada September 2025
Menurut BI, bank memperketat persyaratan kredit karena risiko gagal bayar semakin tinggi. Ini tergambar dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) UMKM yang masih tinggi, mencapai 4,50%.
Data Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) BI menunjukkan lonjakan NPL UMKM sudah terjadi sejak awal tahun. Pada Januari 2025, NPL berada di level 4,03%, kemudian naik menjadi 4,45% pada September 2025.
Tekanan paling besar dialami segmen usaha menengah dengan NPL yang sudah mencapai 5,43% pada September. Usaha kecil mencatat kenaikan tipis ke 4,29%, sementara usaha mikro meningkat dari 3,29% menjadi 4,08% dalam tiga kuartal.
Corporate Secretary Bank Tabungan Negara (BTN) Ramon Armando mengakui penyaluran kredit UMKM mengalami tantangan sejalan melambatnya ekonomi nasional.
Baca Juga: Menteri Maman Genjot Kredit UMKM Digital Tanpa Jaminan dengan ICS
“Terutama dari sisi permintaan debitur,” kata Ramon kepada Kontan, Senin (22/12/2025).
BTN, lanjut dia, terus memperkuat pengelolaan risiko agar kualitas kredit tetap terjaga. Per September 2025, NPL gross BTN tercatat 3,4%, naik dari 3,24% pada periode sama tahun lalu.













