kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.354.000   33.000   1,42%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%

Perbankan Hati-hati Salurkan Kredit UMKM, Kredit UMKM cuma tumbuh 0,2% di September


Jumat, 24 Oktober 2025 / 15:44 WIB
Perbankan Hati-hati Salurkan Kredit UMKM, Kredit UMKM cuma tumbuh 0,2% di September
ILUSTRASI. Nilai kredit macet Bank Sampoerna di Juni 2025 berkurang dibanding periode yang sama setahun sebelumnya


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Harris Hadinata

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi penyaluran kredit perbankan ke segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) masih belum membaik. Data Bank Indonesia menunjukkan, penyaluran kredit UMKM per  September cuma tumbuh 0,2% secara tahunan menjadi Rp 1.499,1 triliun.

Ini lebih mini ketimbang realisasi pertumbuhan di Agustus lalu yang mencapai 1,3% secara tahunan menjadi Rp 1,494,5 triliun. Padahal realisasi penyaluran kredit UMKM di Agustus itu juga sudah turun dibanding pertumbuhan penyaluran di Juli 2025, yang naik 1,8% secara tahunan jadi Rp 1.496,7 triliun.

Penurunan ini seiring langkah bank yang semakin hati-hati dalam menyalurkan kredit ke segmen UMKM. Ini terlihat dari rasio non performing loan (NPL) yang membaik. BI mencatat per September 2025, NPL kredit segmen UMKM sebesar 4,46%, turun dari NPL per Agustus 2025 di level 4,55%. Tapi ini masih jauh lebih tinggi dari posisi Desember 2024 sebesar 3,76%.

Pengamat perbankan Paul Sutaryono mengatakan, tantangan perbankan menjaga kualitas aset dan rasio fundamental di segmen UMKM kini semakin berat. Apalagi, bagi perbankan KBMI 1 yang fokus pada segmen UMKM.

Baca Juga: Permintaan Kredit Masih Lesu Meski Stimulus Likuiditas Digelontorkan

Faktor eksternal sangat mempengaruhi kondisi pelemahan di sektor UMKM. Dampak dari ancaman kenaikan NPL tersebut sangat berdampak pada rasio fundamental perbankan.

“Kondisi ini sangat mempengaruhi kinerja bank, khususnya KBMI 1. Bank dipastikan harus berjuang keras untuk meningkatkan governance, risk, & compliance (GRC) agar kualitas aset tetap terjaga,” tegas Paul.

Paul menjelaskan, faktor eksternal yang mempengaruhi UMKM salah satunya karena penurunan jumlah kelas menengah. Segmen masyarakat ini selama ini menjadi tulang punggung konsumsi produk UMKM.

Paul menilai, ruang ekspansi kredit bagi bank-bank kecil masih terbuka lebar. Kendati begitu, bank harus cermat dalam mengelola risiko agar tidak terjebak dalam lonjakan NPL.

“Jika NPL sudah di atas ambang batas aman 5%, pemerintah disarankan mempertimbangkan kembali restrukturisasi kredit bagi nasabah UMKM,” papar Paul.

Baca Juga: Penyaluran Kredit UMKM Bank Melambat Hanya Tumbuh 0,23% di September 2025

Pemerintah memang telah mengeluarkan PP 47 tahun 2024 tentang penghapusan piutang macet pelaku UMKM. Kebijakan tersebut, menurut OJK, menyasar badan usaha dengan nilai kredit macet maksimal Rp 500 juta dan perorangan Rp 300 juta.

Dengan dihapus tagih, OJK siap membersihkan nama di SLIK OJK agar pelaku UMKM bisa kembali mendapatkan kredit. Estimasi nilai kredit macet yang dihapus sekitar Rp 10 triliun dan realisasinya saat ini mencapai Rp 2,4 triliun.

Cuma, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyebut, realisasi kebijakan tersebut masih kecil dibanding jumlah kredit macet dan total UMKM yang mencapai sekitar 30 juta pelaku usaha.

Karena itu, perlu kebijakan yang lebih signifikan untuk mendorong pulihnya UMKM. “Perlu ada kebijakan yang lebih tepat sasaran dan peningkatan daya beli dari UMKM, yang mendorong tumbuhnya usaha UMKM tersebut,” katanya.

Perbankan sendiri terus berupaya memperbaiki kualitas aset di segmen UMKM. Bank Sahabat Sampoerna misalnya. Menurut laporan keuangan Juni 2025, Bank Sampoerna mencatat kredit UMKM yang bestatus macet mencapai Rp 91,55 miliar. Jumlah ini sudah berkurang dari posisi setahun sebelumnya, mencapai Rp 113,84 miliar.

Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Bank Makin Melambat, Cuma Tumbuh 7,77% Per Juni 2025

Buat perbandingan, total kredit UMKM Bank Sampoerna per Juni 2025 mencapai Rp 4,75 triliun. Jumlah tersebut naik dari posisi di periode yang sama setahun sebelumnya, yakni Rp 4,35 triliun.

Direktur Bank Sampoerna Hendra Rahardja mengatakan, pihaknya terus berkomitmen untuk mendukung pelaku UMKM agar tetap bertumbuh dalam kondisi saat ini. Profil nasabah Bank Sampoerna, antara lain pengusaha tahu, tempe, pedagang bakso, pengepul barang rongsokan, pengusaha kerupuk, atau warung mi ayam.

Hendra menyebut, lanskap pembiayaan Bank Sampoerna sangat unik, yaitu menyasar pelaku mikro. Dengan lanskap tersebut, Bank Sampoerna harus menghadapi risiko kredit macet yang lebih besar.

“ Bagaimana pun juga sebagai bank yang sejak awal fokus pada pemberdayaan UMKM, kami akan terus mendorong pelaku UMKM untuk pulih dan bangkit walaupun risikonya berpengaruh pada kinerja,” papar Hendra.

Selanjutnya: Menperin Minta Asahi - AGC Chemicals Pindahkan Kantor Pusat Regional ke Indonesia

Menarik Dibaca: Mau Rumah Tampak Mewah Tanpa Repot? Coba Gunakan Sintered Stone

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×