Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Ia menilai mayoritas saham big banks ini mendapat tekanan dari net sell asing yang berlanjut. Menurut Ekky, tekanan terhadap saham perbankan besar bukan hanya soal valuasi atau profit taking, tapi juga karena investor masih mencari kepastian makro.
"Proof of concept bahwa stimulus Rp 200 triliun atau pemangkasan BI Rate benar-benar akan berdampak langsung ke pertumbuhan kredit dan laba perbankan," ujar Ekky.
Untuk jangka panjang, ia menegaskan prospek perbankan tetap menjanjikan, khususnya bank-bank besar seperti BMRI dan BBRI yang saat ini sudah berada di valuasi di bawah rata-rata historis.
Baca Juga: Mitra Keluarga (MIKA) akan Buka 1 Rumah Sakit di Kuartal III, Simak Rekomendasinya
"Namun untuk saat ini, BCA masih menjadi yang paling defensif dan menarik di mata investor institusi karena struktur bisnisnya yang kuat dan efisiensi yang terjaga," tambahnya.
Sependapat, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus saat ini kinerja mayoritas big banks yang merupakan bank pelat merah perlu melakukan adaptasi terhadap segala kebijakan yang ada.
Di mana, mereka dituntut untuk menyalurkan kredit sesuai program pemerintah tetapi juga menjaga kualitas aset. "Ini yang membuat situasi dan kondisi perbankan ini nggak selincah dulu gitu," ujar Nico.
Baca Juga: Saham Big Banks Fluktuatif Minggu Ini, Simak Rekomendasinya untuk Pekan Depan
Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa saat ini investor melihat sektor perbankan sudah bukan menjadi sektor yang menguntungkan. Adalah, saat ini ada beberapa sektor lain yang menarik seperti teknologi hingga energi.
"Ya seperti saya bilang saat ini lebih menarik kalau saham bank itu ya BBCA," tandasnya.
Selanjutnya: Deadlock Anggaran, Pemerintah AS Hadapi Shutdown Perdana Sejak 2019
Menarik Dibaca: IHSG Rawan Melemah, Cek Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Rabu (1/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News