kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.709   66,00   0,40%
  • IDX 8.059   -1,86   -0,02%
  • KOMPAS100 1.115   -0,58   -0,05%
  • LQ45 789   -4,82   -0,61%
  • ISSI 282   0,89   0,32%
  • IDX30 414   -1,89   -0,45%
  • IDXHIDIV20 471   -3,20   -0,67%
  • IDX80 123   0,05   0,04%
  • IDXV30 132   0,24   0,18%
  • IDXQ30 130   -0,63   -0,48%

Kuartal III-2025 Berakhir, Kinerja Mayoritas Emiten Big Banks Diproyeksi Lesu


Selasa, 30 September 2025 / 21:16 WIB
Kuartal III-2025 Berakhir, Kinerja Mayoritas Emiten Big Banks Diproyeksi Lesu
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (25/7/2024). Kuartal III/2025 telah resmi berakhir, kinerja keuangan dari bank-bank bermodal besar atau big banks pun kini dinanti.


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal III/2025 telah resmi berakhir, kinerja keuangan dari bank-bank bermodal besar atau big banks pun kini dinanti. Prediksinya, mayoritas profitabilitas dari big banks ini belum benar-benar pulih di periode tersebut.

Setidaknya, hal tersebut tercermin dari kinerja keuangan mayoritas big banks yang mencatatkan penurunan laba hingga periode Januari-Agustus 2025.

Di mana, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi satu-satunya big banks yang mampu meningkatkan perolehan laba mereka.

Pada delapan bulan pertama tahun 2025 ini, BCA membukukan laba bersih bank only sebesar Rp 39,06 triliun hingga Agustus 2025 atau tumbuh 8,52% jika dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yang capai Rp 35,99 triliun.

Baca Juga: Mayoritas Saham Big Banks Melemah Senin (29/9), Cermati Kata Analis

Padahal, big banks lainnya seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) tertekan dengan laba turun lebih dari 5% YoY.

Lihat saja BRI yang mengalami penurunan laba paling dalam, mencapai 9,9% YoY menjadi Rp 32,6 triliun per Agustus 2025.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk, Hera F. Haryn mengatakan, kinerja positif yang masih diperoleh bank swasta terbesar di Indonesia ini didorong oleh pertumbuhan kredit yang berkualitas, efisiensi biaya operasional, serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.

"BCA berfokus pada fundamental bisnis perseroan, serta tetap mengambil langkah yang pruden dalam menghadapi dinamika perekonomian saat ini," ujar Hera, Selasa (30/9/2025).

Baca Juga: Mayoritas Saham Big Banks Ditutup Melemah Selasa (23/9), Cermati Rekomendasinya

Hera menegaskan pihaknya akan terus mendorong penyaluran kredit ke semua sektor dan segmen, dan mengedepankan prinsip kehati-hatian dengan manajemen risiko yang disiplin. Di tambah, pertumbuhan kredit itu diiringi dengan biaya dana yang stabil.

 

"Ke depannya, BCA akan menjaga keseimbangan antara pendapatan, biaya operasional, dan kebutuhan investasi berkelanjutan," tambahnya.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, Ekky Topan mengungkapkan fakta bahwa BCA menjadi satu-satunya big banks yang mencatatkan kenaikan laba hingga Agustus 2025 mencerminkan efisiensi model bisnis dan kekuatan struktural bank ini dibanding kompetitornya.

Kinerja positif BCA didorong oleh rasio CASA yang sangat tinggi, yang menjaga biaya dana tetap rendah dan menjaga margin bunga tetap solid, meskipun di tengah tren penurunan suku bunga dan ketatnya kompetisi kredit.

Sebaliknya, ia melihat bank-bank besar lain seperti BMRI, BBNI, dan BBRI mengalami tekanan laba karena kombinasi pertumbuhan kredit yang lambat, margin yang mulai turun, serta adanya ketidakpastian arah fiskal dan makro yang membuat investor asing masih wait and see.

Baca Juga: IHSG Naik 1,08%: Saham Big Banks Kompak Menguat, Kecuali BBCA Rabu (3/9/2025)

Alhasil, Ekky mengungkapkan bahwa pada akhirnya saham-saham big banks ini juga belum lepas dari tekanan. Di mana, BMRI menjadi yang paling tertekan sepanjang tahun ini karena sudah turun 22,81% secara year to date.

Ia menilai mayoritas saham big banks ini mendapat tekanan dari net sell asing yang berlanjut. Menurut Ekky, tekanan terhadap saham perbankan besar bukan hanya soal valuasi atau profit taking, tapi juga karena investor masih mencari kepastian makro.

"Proof of concept bahwa stimulus Rp 200 triliun atau pemangkasan BI Rate benar-benar akan berdampak langsung ke pertumbuhan kredit dan laba perbankan," ujar Ekky.

Untuk jangka panjang, ia menegaskan prospek perbankan tetap menjanjikan, khususnya bank-bank besar seperti BMRI dan BBRI yang saat ini sudah berada di valuasi di bawah rata-rata historis.

Baca Juga: Mitra Keluarga (MIKA) akan Buka 1 Rumah Sakit di Kuartal III, Simak Rekomendasinya

"Namun untuk saat ini, BCA masih menjadi yang paling defensif dan menarik di mata investor institusi karena struktur bisnisnya yang kuat dan efisiensi yang terjaga," tambahnya.

Sependapat, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus saat ini kinerja mayoritas big banks yang merupakan bank pelat merah perlu melakukan adaptasi terhadap segala kebijakan yang ada.

Di mana, mereka dituntut untuk menyalurkan kredit sesuai program pemerintah tetapi juga menjaga kualitas aset. "Ini yang membuat situasi dan kondisi perbankan ini nggak selincah dulu gitu," ujar Nico.

Baca Juga: Saham Big Banks Fluktuatif Minggu Ini, Simak Rekomendasinya untuk Pekan Depan

Di sisi lain, ia mengungkapkan bahwa saat ini investor melihat sektor perbankan sudah bukan menjadi sektor yang menguntungkan. Adalah, saat ini ada beberapa sektor lain yang menarik seperti teknologi hingga energi.

"Ya seperti saya bilang saat ini lebih menarik kalau saham bank itu ya BBCA," tandasnya.

Selanjutnya: Deadlock Anggaran, Pemerintah AS Hadapi Shutdown Perdana Sejak 2019

Menarik Dibaca: IHSG Rawan Melemah, Cek Rekomendasi Saham MNC Sekuritas Rabu (1/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×