kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba Bank Jatim turun 5,81%


Kamis, 07 Januari 2016 / 17:09 WIB
Laba Bank Jatim turun 5,81%


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Prediksi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait penurunan net interest margin alias NIM yang bakal menyeret perolehan laba industri perbankan sepertinya ada betulnya.

PT BPD Jawa Timur Tbk, salah satu yang mengalaminya. Laba bersih perseroan turun 5,81% dari Rp 939,08 miliar pada tahun 2014 silam menjadi hanya sebesar Rp 884,50 miliar pada akhir tahun lalu.

Su'udi, Direktur Bank Jatim mengatakan, tahun kambing kayu merupakan tahun penuh tantangan bagi industri bank umum, tak terkecuali bagi bank milik pemda Jatim. Kredit tumbuh melambat.

Di sisi lain, profil risiko kredit mengalami peningkatan yang tercermin lewat rasio kredit bermasalah atawa nonperformance loan/NPL mencapai 4,2%.

"NIM sulit bergerak. Bahkan mengalami penurunan dari tahun sebelumnya 6,90% menjadi 6,41% pada akhir tahun 2015. Selain itu, beban bunga tumbuh lebih kencang ketimbang pendapatan bunga. Sehingga, laba bersihnya turun. Namun demikian, penurunan ini masih wajar sesuai kondisi industri," ujarnya, Kamis (7/1).

Asal tahu saja, berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan bunganya tumbuh 15,17% menjadi Rp 4,70 triliun. Namun, beban bunganya melesat 31,31% Pendapatan operasional selain bunga bahkan melorot 9,04%, sedangkan beban operasional selain bunga melonjak 19,12%. Tak heran labanya sangat tertekan.

Kendati demikian, Su'udi menuturkan, pihaknya optimistis perolehan laba di tahun monyet api ini akan membaik. Optimisme ini sejalan dengan rencana perseroan untuk membersihkan kredit bermasalah dengan melakukan restrukturisasi dan peningkatan collection. Tidak cuma itu, perseroan juga berniat melakukan ekspansi kredit lebih kencang.

"Tahun depan, laba sebelum pajak kami patok mencapai Rp 1,46 triliun atau meningkat 15,8% jika dibandingkan realisasi tahun lalu, yakni Rp 1,26 triliun. Kami optimis ada penambahan sekitar Rp 250 miliar yang diperoleh dari upaya kami membenahi kredit macet dan ekspansi kredit, perbaikan NIM dan cost of fund yang lebih terjaga," terang Su'udi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×